Kisah Spiritual, Mengungkap Jejak Para Lelembut
Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada orang-orang
yang taat dan ada (pula) orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang
taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (QS. 72:14)
Menuju kesana melewati benteng-benteng yang terkubur, sisa-sisa
jaman Belanda. Dan menerobos hutan yang masih terasa lembab keadaannya. Bau
amis dan teriakan menyayat masih dapat dirasakan Mas Dikontole saat
melewatinya. Mas Dikonthole harus menemukan Goa Naga disana. Entah apa yang
menuntunnya, dia harus semedi beberapa saat. Ada simpul yang yang mesti
diuraikan dengan keberadaannya di tempat itu. Dia harus berdiam untuk beberapa
lama. Hanya itu pesan leluhurnya.
Dari puncak karang di amatinya seluruh belukar. Mecoba mencari
dimana letak Goa tersebut. Dari situ nyatanya sia-sia. Maka dia melangkah
pergi. Mata batinnya seperti tak mampu menembus tirai yang menutupi keberadaan
Goa. Maka diputuskan dia harus mencari dengan cara biasa. Ditanyakanlah kepada
penduduk yang kebetulan lewat. Seorang bekas narapidana, yang memilih tinggal
disitu, dia tidak mau meninggalkan pulau tersebut.
Sesampainya di Goa, segera bersemedi. Kedatangannya telah
dimengerti, itulah wisik yang di dapat Mas Dikonthole. Masih teringat saat
pertemuannya dengan Sang Ratu di malam itu. Sang Ratu memanggilnya ‘Paman’. Ya,
sang Ratu memanggilnya ‘Paman Banyak Wide’. Baru diketahuinya, Banyak Wide sangat di
kenal di daerah Panta Selatan dan Utara, dan juga pesisir Jawa Timur serta sekitarnya. Dia disana
di kenal dengan nama Arya Wiraredja. Seorang adipati
Sumenep. Sejarah telah mencatat, dialah orang yang menjadi tokoh sentral, yang
mengatur strategy bagi pendirian Majapahit. Dia membantu Raden Wijaya, sehingga
Raden Wijaya mampu mendirikan kerajaan baru.
Sudah menjadi rahasia masyarakat Jawa umumnya, bahwa setiap
Raja-raja memiliki hubungan khusus dengan sang Ratu. Dan juga para
lelembut lainnya. Mungkin karena itulah Banyak Wide dikenali
oleh banyak lelembut yang menguasai tanah Jawa ini. Saat sekarang ini,
Mas Dikontole datang sebagai orang masa lalu, dia datang sebagai Banyak
Wide. Maka kedatangannya segera saja mendapat sambutan sang Ratu.
Setelah beberapa saat di Gua Naga, dirasa keperluannya sudah
tercukupi. Di akhirinya semedinya, kemudian dia menuju perahu yang sudah lama
menunggu, bersiap untuk mengantarkannya kembali ke pantai Teluk Penyu. Tak terasa dalam perjalanan, diantara ombak yang memercik yang
mengenai perahu dan baju. Nampak sekelebat bayangan melaju cepat di depannya,
sejauh jarak pandang. Mas Dikontole tersenyum sepertinya sang Ratu
mengantarkannya, dia terbang di atas alunan ombak, selendangnya warna biru
sepanjang hampir dua meter, berkibaran di terpa angin. Wajahnya sekilas menatapnya
tanpa berucap, hanya senyum tipis tersungging di bibirnya. Sungguh kecantikan
yang sangat luar biasa sekali. Begitulah, sebagai manusia masa kini, Mas
Dikonthole terkesima melihat kecantikan sang Ratu.
Telaga penuh warna dan rupa
Kepenasaranan Mas Dikonthole benar-benar mengalahkan rasa
takutnya. Demi menguak, siapakah ‘jatidiri’ leluhur sebenarnya. Dia rela
meninggalkan pekerjaannya, melanglang keseantero kota. Ke seluruh pulau mana
saja yang bisa disinggahinya.
Siapakah sebenarnya dirinya, leluhur yang berada di dlaam
tubuhnya. Ataukah mereka hanya sebangsa Jin yang suka menganggu ataukah
yang lainnya ?. Agamanya tidak memberikan ‘ruang’ untuk berspekulasi.
Pertemuannya dengan sang Ratu, saat itu juga belum memuaskan dirinya.
Meskipun sang Ratu telah mengungkapkan siapakah jatidirinya,
sebagai orang ‘masa lalu’, tetap hal ini, masih membuahkan rasa penasaran yang
dalam. Sensasi ‘daya’ yang setiap saat menyergahnya, semakin membulatkan
keyakinannya. Bahwa dia harus menguak mistery, yang melingkupi diri dan banyak
lagi lainnya. Atau dirinya akan menjadi ‘kehilangan kesadaran’ seperti
yang lainnya.
Maka di setiap tempat, dimana di singgah. Tepat angker dan wingit
yang berkaitan dengan mitos dan legenda pasti akan di datangi. Dia mengikuti
saja petunjuk hatinya. Sekarang Mas Dikonthole sudah berada di telaga warna, di derah
pegunungan Dieng. Kembali dia harus berdiam di situ beberapa saat sebelum
menginap di kota. Telaga tersebut konon, suatu tempat dimana para
Bidadari biasa mandi. Bidadari yang menjadi legenda masyarakat
sekitarnya. Dalam pandangan Mas Dikonthole, memang di bawah telaga menjadi
pusat sebuah kerajaan.
Sebuah kerajaan yang sangat makmur sentosa. Raja memerintah dengan
sangat adil. Penduduknya sangat ramah sekali. Pendek kata inilah sebuah
kerajaan yang sangat ideal dalam angan manusia. Baik hubungan masyarakatnya
sendiri maupun hubungan dengan sang Raja. Mereka menganut agama Ratu Sima.
Putri-putrinya sungguh cantik-cantik. Mungkin merekalah yang
sering dilihat penduduk sekitar di jaman dahulu. Karena tempat tersebut kini
sudah semakin ramai,maka mereka sudah jarang menampakkan diri. Hanya karena
kedatang Mas Dikonthole saja mereka keluar menyambut sebentar. Mengantarkan Mas
Dikonthole bertemu sang Raja. Pertemuan yang nampak hanya sebentar, tidak ada
30 menit dalam waktu manusia.
Mungkin mereka adalah termasuk golongan orang (jin) yang
diisyaratkan Al qur an ; Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada orang-orang yang taat… (QS.
72:14). Kesopanan dan ‘unggah-ungguh’
mereka melebihi kesantunan manusia. Wajah mereka benar-benar bersih , tanpa
rasa curiga atau prasangka, baik kepada siapapun yang datang. Sungguh Mas
Dikonthole menjadi malu keadaannya.
Dalam pertemuan dengan mereka , dan juga pertemuan dengan para
lelembut sebelumnya. Mas Dikonthole akhirnya mendapat sedikit rangkaian
pemahaman. Menjawab pertanyaan yang menjadi ‘mitos’ kesadaran kolektif
masyarakat, perihal para Jin, syetan, hantu, dan arwah penasaran yang diaykini
masyarakat.
Pemahaman Hindu perihal ‘kasta’ mungkin dapat sedikit membantu,
dalam saya menguraikan pemahaman tersebut. Dalam Agama Hindu di kenal pembagian
kasta (di cuplik dari Wikipedia) ;
1. Warna Brahmana, para pekerja di
bidang spiritual ; sulinggih, pandita dan rohaniawan.
2. Warna Ksatria, para kepala dan
anggota lembaga pemerintahan.
3. Warna Waisya, para pekerja di bidang
ekonomi
4. Warna Sudra, para pekerja yang
mempunyai tugas melayani/membantu ketiga warna di atas.
Sedangkan di luar sistem Catur Warna tersebut, ada pula
istilah :
1. Kaum Paria, Golongan orang terbuang
yang dianggap hina karena telah melakukan suatu kesalahan besar
2. Kaum Candala,
Golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna
Hukum-hukum tersebut dalam keyakinan Mas Dikonthole, terlihat
sangat nyata sekali dalam perwujudan para lelembut. Jikalau pada
manusia paham ini tidak membawa pengaruh di badan. Lain halnya di alam sana.
Pembagian warna tersebut menunjukkan warna dan rupa tampilan fisik mereka. Lintasan hati dan kecenderungan, tabiat mereka termanifestasi pada
wujud rupa badan wadag mereka. Orang yang memiliki hati seperti Brahmana maka
tampilan mereka sebagaimana tampilan fisik Brahmana saja keadaannya.
Begitu juga orang (lelembut) yang memiliki jiwa ksatria maka
tampilan mereka, bagai kesatria dalam cerita dan tokoh-tokoh para raja, dalam
kisah Ramayana atau Mahabarata. Demikian halnya golongan Waisya dan Sudra,
tampilan merek amenyerupai mansuia yang bekerja di bidang tersebut. Keadaan
hati dan jiwa mereka focus di bidangnya masing-masing. Mereka memiliki
kecenderungan hati yang akan nampak dari wujud mereka.
Dengan kata lain, keadaan jiwa mereka akan ditunjukkan oleh rupa
dan badan mereka. Jadi mereka sangat mudah dikenali dari tampilan fisiknya.
Semakin baik akhlak dan perilaku mereka maka akan semakin bagus tampilan wujud
mereka itu. Maka kita dapati banyak dari mereka berpenampilan seperti orang
suci, tampilan kesatria, raja, atau tampilan mereka buruk rupa. Semua
tergantung dari amal baik mereka. “…Barangsiapa yang taat, maka mereka itu
benar-benar telah memilih jalan yang lurus.” (QS. 72:14)
Golongan jin yang paling banyak muncul menganggu manusia biasanya
dari golongan KaumParia, (yaitu) Golongan orang terbuang yang dianggap hina karena telah melakukan
suatu kesalahan besar. Maka dalam kelompok Paria ini, terdapat semua orang dari
ke 4 kelompok tersebut diatas. Mereka diabuang dan tidak diakui lagi dalam komunitas mereka. Sehingga
mereka berkeliaran di dunia manusia. Sebab di dunia manusia mereka merasa
diakui eksistensinya. Merekalah yang suka iseng, menyerupai sesuatu yang sudah
diangankan manusia. Berwujud hantu atau yang lainnya. Atau mereka bersekutu
dengan manusia bekerjasama dengan manusia. Ada yang sukarela menjadi peliharaan
manusia yang bisa disuruh apa saja. Ada yang memang atas kemauan mereka
sendiri. Disini golongan yang lebih tingi akan mampu berwujud apa saja.
Bisa sebagai wali, ksatria, atau apa saja. Namun bagi yang lebih redah
akan mencari wujud lainnya semisal hantu pocong atau sejenisnya.
Sedangkan golongan terakhir adalah Candala yaitu
golongan yang biasa kita sebut dengan siluman.(yaitu)
suatu golongan yang terlahir sebagai akaibta perkawinan campuran, bisa saja
antar warna, ataupun hasil campuran dengan manusia. Banyak kisah yang
melegenda perihal golongan yang satu ini. Dikisahkan hasil perkawinan
Panembahan Senopati dengan Nyi Roro Kidul membuahkan anak laki-laki. Anak ini
memiliki kesaktian yang sangat luar biasa sekali., Dalam umunya yang 12 tahun,
dia sudah mampu mengalahkan bapaknya. Oleh karenanya, ditutuplah sisi
manusianya, dan anaknya di kembalikan ke alam ibunya.
Maka alam lelembut menjadi penuh warna dan rupa. Seperti sebuah
telaga yang disaksikan Mas Dikonthole saat itu. Sebuah telaga yang penuh warna
sebagai symbol alam semesta. Inilah pemahaman yang ingin disampaikannya.
Dimana ala mini hanya ada dalam kesadaran mansuia. Tergantung siapakah yang mau
meyakininya. Dianggap ada juga boleh, dianggap tidak ada juga tidak apa-apa.
Semua terserah kita saja. Semua sudah dalam skenario-NYA.
Dengan tambahan pemahaman ini, Mas Dikonthole semakin yakin saja.
Nantinya akan mampu mengenali kedatangan mereka. Seiring karena
seringnya dia bersinggungan dengan energy para lelembut membuat dia
merasa yakin akan mampu membedakan, apakah dia sedang berhadapan dengan Jin
dari golongan mana, meski dia kadang sering tidak mau melihat rupa. Juga dengan pemahaman ini dia merasa akan mampu mengenali
apakah yang datang merupakan leluhur ataukah Jin adanya. Semoga saja keadaanya
akan begitu. Selama Allah mengijinkannya. Itulah doanya.
Kedatangan yang ditunggu
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. 72:6)
Meletusnya Merapi di tahun 2006, menyisakan banyak mistery
sesudahnya. Banyak orang yang setelah meletusnya Merapi kemudian memiliki
‘kesaktian’ , banyak diantara mereka mengetahui hal-hal ghaib. Memiliki banyak
peliharaan jin dan lain sebagainya. Banyak diantara kemudian membuka
praktek. Padahal sebelumnya mereka sama sekali belum pernah berhubungan dengan
hal-hal ghaib.
Meletusnya Merapi saat itu memang telah membuka dan
merekahkan tanah di daerah Jogjakarta dan sekitarnya. Rekahan ini nyaris merambah
semuanya, hingga makam Sultan Agung di Imogiri juga tak luput dari sasarannya.
Hal inilah yang diduga menyebabkan lepasnya pusaka-pusaka keraton, yang
sebelumnya terkubur jauh di dalam tanah , tersimpan lama sejak jaman Majapahit.
Sebelumnya pusaka-pusaka tersebut tetap terjaga dalam misterinya.
Saat masih dalam nuansa mistis inilah Mas Dikontole menyambangi
daerah yang masih dilanda hawa magis yang simpang siur di alam raya.
Melalui Hand phone dihubungi lah beberapa rekan dan saudaranya, mengabarkan
akan kedatangannya. Kemudian dibuatlah perjanjian agar mereka mengundang ke
suatu tempat , dimana mereka akan bertemu dengan manusia ‘masa lalu’ yang
dimaksudkan itu. Keyakinan Mas Dikontole menginsyaratkan (juga hasil diskusi
dengannya via telpon), bahwa dialah Damarwulan yang
melegenda itu. (Wolohualam).
Namun jika memang dia orang ‘masa lalu’ mengapa energynya tidak
sama dengan yang dikenali Mas Dikonthole, inilah yang mengherankan. Ada suatu
energy yang melingkupi dirinya, seperti energy ‘panas’ yang dimiliki para Jin
dari golongan Paria tingkat tinggi. Ini pertanyaan pertama.
Pertanyaan kedua, orang ini adalah seorang yang tekun dalam
menjalankan agama. Namun mengapa keadaan energy nya malah terasa ‘panas’. Dari
hasil diskusi dengannya, dia juga sering mengeluh setiap sholat, selalu
‘blank’, hilang kesadarannya, meski hanya beberapa rokaat saja atau beberapa
detik. Bacaan sholat sering terlupa, dan banyak sekali kejadian yang membuat
dia frustasi jika sholat. Maka karena sebab ini dia juga penasaran ingin
mengetahui ada apa dengan dirinya itu.
Menjadi pertanyaan sebaliknya adalah mengapa dia setuju mau datang
?. Padahal sebagai orang normal banyak sekali yang mau seperti dirinya. Banyak
kemampuan ghaib yang di miliki. Dia bisa berada di beberapa tempat sekligus,
dan sangat nyata. Bahkan sering bersapa dengan orang yang melihatnya.
Dias ring banyak diundang untuk menyembuhkan sakit. Meski dia sering
tidak mau, sebab takut disangka dukun. Setiap yang dipikirkanny pasti sebagian
besar terjadi dan terlaksana.
Karena kemampuan tersebut, ternyata dia malah takut dengan dirinya
sendiri. Dia seperti tidak mengenali dirinya. Katanya demikian, makanya dia mau
datang memenuhi undangan Mas Dikontole. Maka malam yang ditunggu pun datang.
Pada suatu malam, yang lengang, seperti tak ada suara di alam.
Prosesi pencarian jatidiri dimulai. Mengungkap siapapkah entitas di balik
kesadarannya. Prosesi yang tak mungkin diceritakan disini satu persatu.
Kejadian demi kejadian penuh ketegangan, penuh pertarungan mati dan hidup.
Penuh tangisan , penuh kesedihan. Penuh tipuan, penuh kepalsuan, kesombongan,
keangkuhan, dan kemunafikan.
Satu demi satu entitas dari tubuh orang itu , mengeluarkan
erangan, menampilkan dirinya, bersuara, berteriak. Satu persatu bergantian
datang. Dan satu persatu semua dihalau pergi, yang membangkang hukumnya mati.
Di benturkan dengan tembok atau di buang ke alam.
Mungkin berjumlah puluhan bahkan ratusan. Dari mulai suara
binatang, raungan harimau, sampai jeritan kuntilanak, geraman genderuwo, dari
tangisan memelas, yang mengelus perasaan, hingga teriakan amarah yang
membahana. Bau mayat dan daging terbakar menyelimuti ruangan, semua satu per
satu di hadapi. Tak menggoyahkan rekan-rekan Mas Dikontole. Kejadian aneh
namun nyata dalam kesadaran.
Semua dalam keyakinan, bukan entitas itu semua, jatidirinya.
Itu hanyalah entitas yang membungkus inti. Seperti ulat yang di bungkus
kepompong. Maka karenanya menjadi maklum jika selama ini, dia sudah kemana-mana
berusaha, menghilangkan ilmunya. Bahkan sang Guru yang mengajarinya sudah
didatanginya dan katanya tidak bisa di tarik lagi ilmu tersebut. Maka menjadi
sulit keadaannya sebab dia memang yang belajar dan meminta kehadiran entitas
tersebut. Dzikir dan rukyah biasa akan sulit menembus inti. Mengusir Sang Raja
Jin yang bersemayam di hati.
Kejadian yang hampir mirip dengan di televisi, kini di hadapi Mas
Dikontole dan rekanya. Kejadian yang tidak pernah di kehendaki. Demi mencari
jati diri, semua itu dilakukannya. Sungguh melelahkan sekali. Saat menjelang hampir subuh. Semua pembungkus sudah di buka.
Tinggal sang Raja yang berkuasa di tubuhnya. Gempuran demi gempuran di lakukan
sehingga terkikislah energy pelindung sang Raja, maka mau tak mau di keluar.
Disinilah kali pertama Mas Dikontole mampu melihat Raja Jin. Mata
orang tersebut tiba-tiba mengecil pupilnya, disekitarnya dominang warna kuning.
Tatapannya dingin luar biasa. Menggoyahkan dada Mas Dikontole yang meanatapnya. Hanya dengan tatapan pandang saja Mas Dikontole, seperti ada
gempuran edi dadanya yang menyebabkan dirinya terpental ke belakang. Untung
rekannya sigap menahannya, dan menyalurkan hawa. Energy itu mampu menggetarkan
jantung, jika tidak kuat akan berhentilah jantun Mas Dikontole. Maka secara
reflek rekannya segera membantu energy untuk menjaga jantung.
Sungguh pertarungan hidup dan mati. Pertarungan tidak lagi melalui
bathin, pertarungan kali ini juga melibatkan raga masing-masing. Inilah yang
membuat semua kelimpungan. Kepayahan dan kelelahan. Pantes saja orang ini di
sebut sakti, sebab di dalamnya memang Rajanya Jin.
Semua kelelahan, bergantian mencoba menghadapi entitas yang satu
ini. Akhirnya dapat di lupuhkan. Namun entitas ytersebut masih tetap menguasai
tubuh orang tersebut. Persisi keadaan kerasukan. Dan tepat menjelang subuh
akhirnya entitas tersebut menyerah, tiba-tiba saja, hilang.
Sekali lagi ternyata, itu hanya tipuan sang Raja Jin, agar dia
mengalihkan perhatian. Dan sambil dengan itu menyusun kekuatan.
Sebab ketika dirasa sudah agak baikan, dan berusaha bangkit untuk
mengambil air wudhu. Orang tersebut tiba-tiba berterika. Badannya tidak ada
satupun yang mampu di gerakkannya. Sementara kesadarannya sempurna. Maka
ketakutanlah adanya.
Serentak semua menghampiri dan memapahnya untuk kembali di
tidurkan. Tidak ada satupun dianatar rekan Mas Dikontole yang sanggup
menghancurkan entitas tersebut. Akhirnya tidak ada cara lain selain
dibangkitkanlah kesadaarn orangtersebut. Dan dengan kesadarannya dia di bombing
mohon pertolongan kepada Allah.
"La ila ha ila anta subhanaka ini kuntum minal
dzolimin". Perlahan di lantunkan pengakuan dirinya yang lemah, yang
telah mendzalimi diri sendiri. Menjelang pagi kesadarannya sudah pulih
benar-benar. Namun apakah sudah eklaur atau belum entitas tersebut, tidak ada
yang tahu.
Dalam kesadaran Mas Dikontole, dia hanya bersembunyi saja. Namun
tidak mengapa, bagi Mas Dikontole sudah cukup. Sebab dalam perjalanannya nanti.
Leluhurnya sudah akan mampu mendampinginya, mengatasi dirinya kembali. Ya,
cukup sudah apa yang dilakukan Mas Dikontole menghantarkan reinkarnasi. Suatu
saat nanti pasti akan hadir dalam kesadarn pemuda itu DAMARWULAN.
Pertkiraan Ma Dikontole kemudian terbukti setelah hampir satu
tahun tak ada berita. Terdengar khabar Damarwulan telah meuncul bersama Minak
Jinggo. Sebagaimana dalam kisah Sendyakala Ning Majapahit. Kisah yang akan disajikan
dalam episode selanjutnya. Kisah nyata yang ada dalam kesadaran mansuia. Sebab
realitasnya mereka adalah mansuia biasa. Keadaannya terserah bagi kita
memaknainya. Wolohualam
Semua dirangkum dalam sebuah cerita. Legenda rakyat biasa. Sebagai
Kisah Spiritual yang subyektif sekali sifatnya. Begitulah yang di
khabarkan Mas Dikonthole kepada saya. Maka terserah sidang
pembaca dalam memaknainya.
salam
Ijinkan saya bertemu beliau kang...saya sangat ingin tahu jati diri saya yang sesungguhnya.semoga ini adalah jalan yang memang ditunjukanNYA
BalasHapusSilahkan email dahulu Mbak ke email admin utomo.arif66@gmail.com
Hapus