Kisah Spiritual, Peradaban Para Jin Ditengah Manusia
Telah diurai kalam di langit. Menjuntai tanpa batas tepian.
Dipelosok ngarai dan lembah. Bahkan di padang pasir tak bertuan. Dan diantara
alam-alam yang tak tersebutkan. Kilatannya menyilaukan. Di hiasi dengan
bintang-bintang yang cemerlang . Dipelihara-Nya dengan sebaik-baiknya.
“dan sesungguhnya kami (Jin) telah mencoba mengetahui (rahasia)
langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah
api, “(QS. 72:8)
“akan tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi
(pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (QS. 37:10)
Mereka mampu terbang secepat angin, mampu melintasi samudra, mampu
menembus bumi dan meleset ke langit, mampu berputar mengitari bumi sekian kali.
Mampu bercengkrama di bulan memadu kasih mereka. Mereka menduduki
lapisan-lapisan langit, bertahta disana. Bagai para Dewa yang berkuasa dengan
kerajan langitnya. “dan sesungguhnya kami (Jin) dahulu dapat menduduki
beberapa tempat di langit itu … “(QS. 72:9)
Mereka menyusun angkatan perang, mereka membentuk dan membangun
kerajaan di bumi dan di langit. Disusunlah pembagian kekuasaan diantara
mereka. Kekuasaan atas angin, kekuasaan atas hujan, kekuasaan atas laut,
kekuasaan atas peperangan, dan lain sebagainya. Kerajaan langit mengurusi
urusannya, kerajaan bumi mengurusi urusannya. Kerajaan laut mengurusi
urusannya. Mereka mengurusi urusanya sendiri-sendiri sesuai dengan tugas dan
tangung jawab mereka masing-masing. Begitulah keadaan-kejadian saat Jin
diberikan kekuasaan di bumi dan langit.
Mereka menyusun dirinya dalam bagian tugas, lengkap dengan ‘job
description’ nya. Mereka raja diraja di alam semesta. Hingga sampai
saatnya. Tingkah polah mereka menjadi tak terkendali. Mereka kemudian
merajalela. Jin dengan jin saling berperang. Dewa dengan dewa berebutan
kekuasaan. Hancurlah tatanan alam semesta. Runtuhlah dinasti para Dewa.
Tidak ada lagi ketentraman. Hingga sampai saatnya Allah mengutus Iblis untuk
mengusir mereka semua. Mencopoti kesaktian dan kekuasan mereka.
Akhirnya mereka berlarian dalam keadaan hina dina. Mereka hanya
diperbolehkan menghuni laut dan gunung-gunung, menghuni tempat-tempat kotor,
mendiami tempat-tempat najis, di jamban di toilet, di kuburan dan menghuni
tempat-tempat yang tidak ditinggali manusia, di hutan lembah, ngarai dan
lainnya. Begitulah hukuman yang ditimpakan kepada mereka saat itu. Sejak saat
itu berakhir sudah era kejayaan para Jin.
Berakhir pula era para Dewa yang dikisahkan dalam Mitology Yunani
kuno. Raja-raja mereka yang memiliki kesaktian Dewa sudah mati semua.
Mereka menjadi makhluk biasa. Mereka mulai menjalani kehidupan biasa, membangun
poeradaban mereka sendiri. Sehingga kemudian banyak diantara mereka menjadi
kaum arif dan sholeh, meski diantara mereka juga masih banyak yang kafir.
Mereka kemudian menjadi sahabat manusia. Dari mereka inilah, cerita digulirkan,
cerita kejadian kejayaan bangsa mereka. Dimana kemudian melahirkan
mitos dan legenda yang berkeliaran dalam imajinasi manusia. Menjadi
sulit sekali ditelusuri dimanakah muaranya. Kesadaran yang kemudian diturunkan
sampai kejaman ini. Menjadi sebuah keyakinan bagi sebagian manusia.
Disisi sebaliknya, kisah heroik Iblis dan malaikat yang memerangi
para Jin, menyisakan kisah tersendiri dalam kesadaran manusia. Kisah ini
diceritakan oleh para Jin lainnya yang tidak sejalan dengan penguasanya. Mereka
menceritakan kisah yang sebaliknya. Kisah bagaimana kesewenang-wenangan para
Jin penguasa. Kisah dan mitos ini kemudian masuk kedalam kesadaran
manusia sehingga sampai saat ini, banyak sekali manusia yang kemudian
menganggap Jin sebagai musuh besar mereka. Menyamakan Jin dengan
Syetan. Sehingga Jin wajib untuk dibunuhi. Inilah persepsi yang dibangun
golongan ini. Entah sudah berapa juta Jin yang terbunuh oleh ulah manusia.
Padahal keadaan mereka tidak sama. Banyak diantara mereka adalah kaum yang
shaleh, sebagaimana manusia.
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan
di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh
jalan yang berbeda-beda.” (QS. 72:11)
Kini peradaban mereka menjadi sangat tergantung oleh bagaimana
peradaban manusia dibangun. Kejayaan mereka sangat dipengaruhi oleh siapakah
pemimpin manusia yang berkuasa. Apakah pro mereka (Jin) ataukah malahan
anti-mereka ( anti Jin). Nasib anak keturunan mereka tergantung atas tingkah
polah manusia memperlakukan alam semesta ini. Jika hutan digunduli, jika semua
tempat telah ditinggali manusia, jika manusia sudah merajalela, maka ras mereka
pun akan terancam punah.
Telah diurai kalam di langit. Menjuntai tanpa tepian batas.
Dipelosok ngarai dan lembah . Bahkan di padang pasir tak bertuan. Dan diantara
alam-alam yang tak tersebutkan. Kilatannya menyilaukan. Di hiasi dengan
bintang-bintang yang cemerlang . Dipelihara-Nya dengan sebaik-baiknya.
Karena itu mereka terus mendekati manusia, mereka rela menjadi apa
saja. Bahkan mereka rela menjual nyawa kepada manusia. Mereka rela menghamba
kepada manusia. Mereka terus mengkhabarkan keberadaan dan keadaan diri mereka
kepada kesadaran manusia. Melalui apa saja, melalui para dukun, paranormal,
melalui kesurupan, melalui ilmu, melalui pertemanan, melalui media sosial, face
book (?), twiter (?), dan lainnya.
Mereka (Jin) selalu berusaha menunjukan eksistensi
diri mereka kepada manusia. Bahkan melalui perselingkuhan diantara para
Jin dan manusia. Banyak yang kemudian menikah dengan manusia dan dikaruniai
anak. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang menjadi alat manusia
untuk membunuh manusia lainnya. Mereka tidak perduli itu. Mereka dan manusia
sama-sama dari golongan yang terkover (kafir). Menghalalkan segala cara. Selama
mereka diakui eksistensi diri mereka, maka mereka sudah puas. Mereka
berhura-hura dan merajalela bersama manusia.
Mereka ingin membangun kejayaan nenek moyang mereka melalui
manusia. Mereka ingin kembali berkuasa sebagaimana dahulu kala. Maka mereka
selalu akan berusaha untuk bisa masuk ke dalam tubuh manusia yang berkuasa dan
memiliki jabatan. Maka banyak tampilan manusia sekarang ini tidak sebagaimana
tampilan manusia normal. Perilaku mereka sudah sama dengan perilaku Jin itu
sendiri. Kesadaran mereka meraka sudah dikuasai sepenuhnya oleh kesadaran Jin
itu sendiri. Jin itulahyang berkuasa dan bertahta atas manusia. Maka
lihatlah sekarang bagaimanakah ulah para anggota DPR kita ?. Dan juga banyak
pejabat lainnya ?.
Mereka masuk ke tubuh manusia melalui jasa perantaraan paranormal,
atau para dukun. Manusia yang datang meminta pertolongan dukun pasti
akan menjadi inang para jin. Sebab ada perjanjian dianatara mereka (maka
karena itu Islam mengharamkan kepada umatnya untuk mendatangi dukun). Tanpa
sadar entah sudah berpa banyak pejabat kita yang menjadi inang para Jin ini.
Menjadi alat untuk mereka agar berkuasa kembali di bumi ini, sebagaimana
nenek-nenek moyang mereka terdahulu yang menguasai dunia.
Atau mereka masuk kedalam tubuh manusia karena memang diundang
oleh manusia itu sendiri. Melalui amalan-amalan. Dan banyak juga
kejadiannya mereka masuk kepada tubuh manusia karena memang diinginkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia yang menginginkan ilmu kesaktian, pengasihan, dan
lain sebagainya. Itulah sarana Jin , untuk dapat masuk kedalam tubuh manusia.
Banyak ilmu yang diajarkan oleh para Jin kepada manusia. Untuk menipu manusia
itu sendiri. Meraka seakan-akan memiliki kesaktian. Sarana-sarana itulah yang
mereka pergunakan sebagai upaya mereka merebut kembali dunia ini dari tangan
manusia.
Namun ulah mereka membuat keprihatinan tersendiri bagi kaum sholeh
mereka, yaitu kaum kesatria mereka (Jin). Maka banyak dianatara merekapun
sering mendampingi para manusia, untuk memerangi golongan mereka yang ingkar
ini. Sebut saja ‘Sabdo Palon dan naya Genggong’ , dan masih banyak
diantara mereka yang berusaha tetap di jalan-NYA. Mereka yang tunduk patuh
kepada kekuasaan Tuhannya. Dan mereka berkata,
“Dan sesungguhnya kami tatkala mendengarkan petunjuk (Al-Qur'an),
kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Rabbnya, maka ia tidak takut
akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan
kesalahan.” (QS. 72:13)
Dan kepada golongan manusia yang mengerti keadaan diri mereka, maka merekapun
mengatakan,” Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat
dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran… .” (QS. 72:14)
Agar manusia paham bagaimanakah sebenarnya keadaan alam mereka dan
peradaban mereka. Mereka berharap manusia dapat berlaku adil dan tidak
menyamakan diantara mereka semua. Sungguh mereka sama halnya dengan
manusia. Selalu dalam kecenderungan jiwa, (yang) ingin berkuasa,
berjaya, dan kaya, demi mengumbar nafsu mereka.
Telah diurai kalam di langit. Menjuntai tanpa tepian batas.
Dipelosok ngarai dan lembah . Bahkan di padang pasir tak bertuan. Dan diantara
alam-alam yang tak tersebutkan. Kilatannya menyilaukan. Di hiasi dengan
bintang-bintang yang cemerlang. Dipelihara-Nya dengan sebaik-baiknya. Walohualam
salam
Komentar
Posting Komentar