Kajian Simbol, Haa Miim
Haa Miim ·
(QS. 46:1, 45:1, 44:1, 43:1, 42:1, 41:1, 40:1)
Begitu runut
symbol ‘Haa Miim’ yang secara
berturut-turut disajikan Al qur an dalam (menjadi) satu rangkaian
‘pemahaman’ dari surah 40 s/d 46.
Rangkaian
yang menempatkan symbol Haa Miim menjadi ‘sentral ‘ komunikasi
dalam kedudukannya tersebut, ~ sejauh keinginan kita untuk memaknai
hakekat yang ingin dikomunikasikan Al qur an itu sendiri kepada kita.
Bila kita kaji secara perlahan (pada) setiap surah,
kita akan menangkap pesan (esensi) adanya suatu informasi perihal
sifat-sifat ketuhanan (Allah), yang merupakan sifat absolut.
Disini ada suatu transfer kesadaran dari Kesadaran
Universal Kepada Kesadaran diri . Menjadi sebuah ‘renungan’ hubungan ‘Hamba dan
Kholik’.
Agar ‘Hamba’ menyadari kedudukannya sebagai ‘hamba’, dan
secara sadar ‘mengakui’ kekuasaan “Kholik’ dengan keagungan nama (Asmaul Husna)
yang meliputi diri-Nya.
Saya cuplikan diantara pesan-pesan yang ingin
disampaikan-Nya adalah :
Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. 42:4)
Hampir saja
langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Rabb) dan
malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabbnya dan memohonkan ampun bagi
orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 42:5)
Dan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah
mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang
yang diserahi mengawasi mereka. (QS. 42:6)
Pesan ini mampu dibaca otak kita, dan akal, kita mengerti.
Kemudian dengan ilmu pengetahuan kita berusaha memahami. Namun seringkali kita
terbentur kesulitan untuk memahami atas ‘esensi’ apa yang ingin disampaikan Al
qur an Akal manusia tidak mampu kesana, sebab ‘wilayah’ yang diperbincangkan
ini adalah diluar alam matery.
Kesulitan dalam tata bahasa inilah yang menghijab manusia
untuk masuk kepada ‘esensi’ yang ingin disampaikan agama. Hakekat ‘siapa’kah
jati diri manusia yang senantiasa diajak berkomunikasi oleh Al qur an (sebab
terhijab dimensi-dimensi di luarnya). Menjadi kesulitan tersendiri bagi ‘jiwa’
untuk mengerti makna yang ingin disampaikan selanjutnya.
Maka Al qur an menggunakan bahasa symbolisasi Haa dan Miim
untuk langsung menunjuk kepada ‘esensi’ , atas ‘SIAPA’ kah sang
‘PENYAMPAI’ (Haa) yang senantiasa terus ‘berkomunikasi’
seperti layaknya ‘pemancar operator seluller’, yang sedang berkomunikasi
dengan (Miim) yaitu entitas ‘SIAPA’ kah sang’ PENERIMA’
yang bertindak seperti layaknya ‘receiver’ penerima Hp. (Yaitu) Sebuah
transfer kesadaran, dari kesadaran Universal (Haa) kepada kesadaran diri (Miim).
Untuk lebih mempertegas apa yang saya maksudkan. Maka saya
perlu menyandingkan beberapa ilustrasi untuk memudahkan penyampaian ‘pemahaman’
saya, sebab banyak sekali ‘pemahaman’ yang tidak diakomodasi dalam tata bahasa
manusia.
Semisal Hp yang sudah di ‘built in’ dengan SIM card
operator tertentu, maka jika SIM card di tukar Hp tersebut tidak akan mampu
menerima pesan dari operator awal tadi. Jika kita ingin berkomunikasi, maka mau
tidak mau kita harus tetap mengunakan SIM card asli, sebab pasti SIM card
lainnya tidak akan mampu di baca oleh system yang ada di Hp tersebut. Ketika
Sim card sdlr kembali dipasangkan maka kitapun selanjutnya juga dapat
dihubungi oleh operator-operator lainnya.
Begitulah keadaan dalam tubuh kita. Tubuh kita sudah di
‘built in’ dengan SIM card tertentu sehingga akan mampu
berkomunikasi (silatun) dengan Sang Pencipta, dan juga akan selaras dan akan
mampu berkomunikasi dengan alam semesta. (Yaitu) berkomunikasi dengan
Kesadaran Universal.
Namun kejadiannya, manusia sendiri lah yang senantiasa
mengganti Sim card nya di dalam dirinya masing-masing.
Sehingga manusia kehilangan kemampuan berkomunikasi (baca ; silatun)
dengan Tuhannya, manusia menjadi tidak mampu berkomunikasi dengan
alam semesta, dan manusia juga tidak bisa berkomuniksai dengan makhluk-makhluk
lainnya. Bahkan manusia menjadi kesulitan juga saat berkomunikasi dengan
manusia lainnya. Maka kita dapati manusia menjadi bergolong-golongan.
(Bahasa komunikasi ini selanjutnya akan di ulas dalam Symbol Thaa Siin).
Entah manusia yang tidak tahu, ataukah manusia yang memang
tidak mau tahu, akan hal ini. Maka symbol Haa Miim ini mengingatkan kita
untuk itu. Dan kajian ini mencoba membuka tabir yang melingkupi symbol tersebut.
Menjadi kajian manusia sepanjang peradaban. Menjawab
pertanyaan, mengapakah manusia sulit silatun (kuhsuk) saat menghadap Tuhan ?.
Sebab manusia telah menyengaja menukar ‘Sim card’ nya sendiri. Sehingga bahasa
apapun yang disampaikan Tuhan kepadanya tidak mampu diterimanya. Inilah analogy
yang ingin saya sampaikan kehadapan sidang pembaca.
Manusia tidak mau kembali menggunakan ‘SIM card’ aslinya.
Ibadah yang dilakukannya tidak membekas di dalam jiwanya. Sehingga
apa saja yang ibadah yang dilakukannya tidak mampu memperbaiki akhlaknya.
Mengapakah sholat-nya tidak mencegah perbuatan keji dan mungkar ?. Mengapakah
manusia tetap melakukan korupsi meskipun dia mengaji sepanjang hari. Sebab
manusia tidak menggunakan ‘Sim card’ aslinya. SIM card yang
sudah dibuatkan (disusupkan) Tuhan kepada dirirnya. Sejatinya
sudah ‘built in’ di dalam dirinya namun diabaikannya, diganti
dengan lainnya. Maka dia akan sulit mengakses Kesadaran
Universal, kesadaran yang akan senantiasa membantunya memilah ‘benar’ dan
‘salah’.
SIM card inilah
pendekatan analogy yang saya gunakan untuk memahami Miim. (Semoga Allah mengampuni diri ini dan menunjukkan perumpamaan
yang lebih baik lagi dalam upaya mendekati ‘hakekat’ keadaan yang
sebenarnya).
Lebih jauh memahami ‘Miim’
Sekali lagi saya akan menggunaan analogy, untuk memahami
hakekat yang lebih dalam dari makna Miim, selain analogy SIM card tadi. Sebuah
kejadian sehari-hari yang mungkin luput dari pengamatan kita;
Pernahkah anda ketinggalan Hp saat berangkat kerja ?.
Apakah yang anda ingat ?. Lintasan apakah yang melekat dalam
diri anda ?.
Ingatan anda tiba-tiba saja berkelebat, membayangkan sesuatu,
sangat kuat sekali melekat, anda perlu Hp anda, ada sesuatu yang hilang dalam
diri anda. Anda sadari keadaan itu. Semakin anda masuki maka anda akan terus
mencoba mengingat-ingat dengan segenap ‘daya’. Semakin terasa, ada sebuah
keyakinan kuat bahwasanya Hp anda tertinggal di meja. Inilah ~ Kesadaran
diri.
Anda sadar kalau ada sesuatu yang terlupa..
Anda sadar kalau anda butuh Hp ..
Anda sadar kalau anda sesuatu yang hilang..
(sebab Hp sudah menjadi
bagian hidup anda, maka tidak adanya Hp menjadikan ada sesuatu yang hilang)
Maka anda sudah mengenali yang saya maksudkan ~ KESADARAN
!.
Inilah entitas yang menyelimuti SIM card manusia.
Ilustrasi ini masih belum lengkap, maka saya usung sebuah
ilustrasi lagi ;
Pernahkan anda ketika sholat tiba-tiba ada lintasan ‘kunci
mobil’ yang hilang..?. (Meskipun anda tidak menghendaki).
Lintasan ini begitu kuat seperti lengket dalam kesadaran anda.
Ketika lintasan ini kita masuki lebih dalam, ingatan anda membawa kepada suatu
keadaan yang terus seperti frame yang berjalan, kejadian demi kejadian seperti
terpampang dengan jelasnya. Kesadaran kita terus melekat kepada ‘objek
berfikir’ yaitu ‘kunci mobil’.
Namun ketika sholat ada lintasan lain yang tiba-tiba
menyeruak datang. Dan mengingatkan bahwa apa yang kita lakukan adalah tidak
benar. Lintasan yang menjadi penentang ‘keliaran’ pikiran tersebut. Lintasan
yang membedakan antara yang ‘benar’ dan ‘salah’.
Entitas yang mampu memahami dan mengerti mana yang benar dan
mana yang salah inilah yang saya maksudkan dan selanjutnya saya sebut sebagai
~ KESADARAN DIRI !.
Entitas ini tahu yang benar dan salah. Entitas inilah yag
selalu mengingatkan diri kita atas apa-apa yang sedang kita lakukan.
Entitas inilah yang senantiasa mengajak dialog dengan
seluruh instrument ketubuhan kita. Selalu mengajak untuk berfikir mana yang
benar dan mana yang salah. Dan Dalam Al qur an entitas ini dikenal sebagai ~ BASHIROH
!.
Keseluruhan pemahaman inilah yang saya usung menjadi kesatuan
dalam satu pemahaman symbol ~ Miim !.
Entitas yang di symbolkan ‘Miim’ inilah entitas yang menyelimuti ruh. Menjadi kesatuan
pemahaman di dalam entitas ‘Min-ruhi’. (Lihat QS Al hijir 28-29).
Maka Miim adalah entitas ‘kesadaran sejati’
di dalam diri manusia yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mengakses
seluruh informasi di alam semesta.
Karenanya kepada Miim inilah Al qur an
senantiasa berdialog. Kesadaran Universal (Haa) ingin
menstransformasikan seluruh informasi kepada Miim. (Yaitu) Entitas
yang memiliki kemampuan dan kapasitas paripurna untuk mengakses seluruh
pemahaman atas pemahaman sang ‘Kesadaran Universal’. Entitas inilah yang
diisyaratkan ~ yang sanggup ber-komunikasi (silatun) dengan Tuhan, dengan alam
semesta, dan dengan seluruh kehidupan yang ada di muka bumi ini.
Karenanya berita-berita Al qur an senantiasa menggugah, akal,
kesadaran, dan seluruh instrument ketubuhan kita untuk hanya membiarkan ‘Miim’
yang ber komunikasi sebab hanya entitas inilah yang mampu
berkomunikasi. Manusia agar menyingkirkan ‘ego’nya. Membiarkan ‘fitrah’ ini
berjalan sebagaimana semestinya. Begitulah yang disiyaratkan Al qur an.
Dalam filosofi ‘SUJUD’ Alam semesta bertasbih
Alam semesta memiliki kesadaran, (yaitu) Kesadaran
yang kita sebut sebagai Kesadaran Universal. Adalah kesadaran ber-Islam
yang di-ikrarkannya, dari semenjak awal dirinya masih belum terbentuk
sebagaimana keadaannya seperti sekarang ini. Diri mereka masih berupa asap
(dukhan).
Kesadaran ini ~ yang menjadi pusat kosmos (Makrokosmos).
(Ketika) sebuah pilihan telah diambilnya keduanya. (Ketika) kepada langit dan
bumi ditanyakan apakah akan menurutu perintah-Nya dengan suka hati (berserah –
Islam) ataukah terpaksa.
Dan keduanya memilih ber-Islam. memilih mengikuti dengan
sukarela dan dengan senang hati mereka akan datang mengikuti perintah
(perjanjian) dengan Tuhannya. Kesadaran inilah yang saya maksudkan
sebagai ‘Kesadaran Universal’ – Makrokosmos ‘ber-Islam’.
Dan dapat kita lihat ~ Manifestasi dari ‘sujud’ mereka
(ber-serah) adalah sebagaimana ‘gerak’ alam semesta. Gerak yang menuju ‘pusat’
sebagaimana ‘gerak tawah’ saat ber-haji dan sebagaimana ‘gerak’ planet
dalam tata surya dan juga sebagaimana gerak galaksi. Itulah sujud
alam semesta. Mereka sangat ‘patuh’ untuk itu. Dan sejalan dengan itu,
alam semesta juga terus ber tasbih.
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab:
"Kami datang dengan suka hati" (QS. 41:11)
Inilah pemahaman yang ingin saya sampaikan dengan
ber-ulang-ulang, sebagaimana keadaannya.
Dan pemahaman universal ini , ingin di transformasikan
kepada ‘Miim’. (yaitu) Kesadaran Mikrokosmos. Sebab
Mikrokosmos adalah bagian dari Makrokosmos. Sehingga menjadi sangat ‘berbahaya’
bagi manusia jika tidak mengikuti “Kesadaran’ Makrokosmos (Universal). Di dalam
tubuh manusia itu sendiri akan terjadi ‘Turbulensi’. Inilah
yang ingin selalu diingatkan sang kesadaran Universal (Haa) kepada Miim.
Maka dapat di pahami (sebab dikarenakan Kesadaran Diri begitu
berpilin-pilin dan terhijab) Al qur an menempatkan ‘porsi’ lebih atas berita ini. Lihatlah sepanjang surah
40 s/d 46. Entitas Haa terus mentransformasi Kesadaran
Universalnya. Agar (Miim) mengerti tasbih (Haa). Dan agar (Miim) seperti
dirinya (Haa), yang selalu dalam pengakuan atas keagungan-Nya. Ber tasbih
atas Nama-nama-Nya (AsmaulHusna) .
Lihatlah bagaimana rangkaian runut informasi yang senantiasa
terus di komunikasikan. Agar Miim (jiwa) manusia mengerti dan
memahami ‘kedudukan’nya. Kedudukan dirinya sebagai ‘hamba’ sebab sebagaimana (Haa)
yang tunduk, meskinya Miim juga harus tunduk dan berserah diri
dan menganggungkan nama-Nya. Maka di sepanjang surah (QS. 40 s/d 46),
banyak diperkenalkan nama-nama-Nya (Asmaul Husna) kepada Miim.
Miim juga semestinya harus sujud
Manifestasi atas bentuk sujud (Miim) adalah dalam sholat.
Maka ~ Mengapa sholat menjadi penting dalam ajaran ber-serah (Islam).Sebab sholat
adalah bentuk ‘ritual’ yang menyelaraskan ‘sujud’ Miim dengan
sujud Haa. Harmonisasi antara Makrokosmos danMikrokosmos.
Subhaana rabbiyal azhim (3x) ("Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung")
Subhaana rabbiyal a'la (3x)
(Mahasuci Tuhanku Yang Maha Tinggi)
Dalam sujud Miim akan bersatu
bersama-sama Haa untuk tunduk, ber-serah diri secara total
dalam penyadaran diri sebagai hamba.
Adalah manifestasi peng-hamba-an diri Haa Miim kepada Sang
Kholik, dalam sebuah harmonisasi. Miim akan menyadari
keberadaan dan kebersamaan Haa dan demikian juga sebaliknya,
keduanya bersama-sama sujud kepada-Nya.
Dengan kata lain, Alam akan merespon apa yang di
komunikasikan Jiwa manusia demikian halnya jiwa manusia pun akan mampu
merespon apa yang di komunikasikan alam sebuah hubungan yang harmoni. Begitu
sempurnanya hubungan Haa dengan Miim. Dan
mereka bersama-sama mereka sujud kepada Allah. Bersama-sama
mengagungkan nama-Nya.
Bersama-sama menjadi saksi Tuhan yang Maha Suci dan Maha
Agung.
Bersama-sama menjadi saksi Tuhan yang Maha Suci dan Maha
Tinggi.
Maha Tinggi akal dan Budinya (dalam) dan di setiap ‘gerak’
(makhluk) yang diciptakan-Nya disana di dalamnya penuh kesempurnaan. Maha Agung Sifat dan Perbuatannya. Selalu dalam kesempurnaan.
Tiada cacad dan cela.
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari
apa yang diperingatkan kepada mereka. (QS. 46:3)
Maka ketika Miim mengamati ketubuhannya, dia
akan mampu dengan tulus mengucapkan pujian-pujian saat rukun dan sujud tersebut
(yang diajarkan oleh nabi).
Haa dan Miim akan sujud dan
tunduk memahami semua itu. Haa Miim akan sujud bersama-sama
dalam harmonisasi alam semesta. Inilah hakket symbol Haa Miim yang
menjadi keyakinan penulis.
Maka karena itu janganlah kita menjadi orang yang berpaling
(kafir) sebagaimana yang diisyaratkan dalam surah (46;3). Maka Miimseharusnya
memahami hal ini. Sebab dia lah yang tahu baik dan benar.
Mengapakah Miim bersembunyi di balik ‘raga’ , asyik terlena
dalam kehidupan dunia. Lupa kepada tugasnya, menjadi saksi-NYA, sebagaimana
‘perjanjian ikatan suci’ yang telah dibuatnya sendiri. (Lihat kajian yaa Siin).
Maka Al qur an senantiasa menceritakan perumpamaan
symbol Haa Miim, (yaitu) bagaimana harmonisasi alam
semesta. Agar diantara mereka mampu berkomunikasi dengan selayaknya.
Harrmonisasi Makrokosmos dan Mikrokosmos. (Bagaimana selanjutnya keduanyasaling ber
transformasi informasi). Senantiasa menjaga kesadaran alam semesta. Demi
keagungan-Nya. Al qur an menceritakan ber ulang-ulang agar manusia mengerti,
dengan entitas apa dia mesti ber-komunikasi.
Namun sekali lagi, manusia sendirilah yang mengganti Sim
card mereka sehingga Miim tidak mampu berkomunikasi
dengan Haa. Sungguh manusia senantiasa dalam keadaan merugi karena
hal ini.
Maka bagaimanakah Miim mampu menerima pesan-pesan Al qur an
yang disandingkan diatas (yang) mengawali kajian ini.
Saya cuplikan lagi pesan-pesan lainnya untuk mengingatkan Miim sekali
lagi , diantaranya pesan-pesan yang ingin disampaikan-Nya adalah
sebagaimana dalam firman-Nya :
Rabb Yang
memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu
adalah orang yang menyakini. (QS. 44:7)
Tidak ada Rabb (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.(Dialah)
Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu. (QS. 44:8)
Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan, (QS. 44:9)
Inilah isyaratnya, bahwa telah ditegaskan, diri kita akan senantiasa dalam keraguan. Kita terhijab.
Maka sebaiknya kita senantiasa memohon pengajaran-Nya.
salam
Komentar
Posting Komentar