Kajian Nafs, Mengenal Qalbu (Yang Terbolak-balik)
Penulis akan mencoba memasuki pemahaman jiwa melalui
perumpamaan-perumpamaan, yang dekat dengan diri kita. Melalui beberapa
pendekatan hukum-hukum dalam ilmu pengetahuan Penulis akan mengajak kepada
sidang pembaca untuk memahami suasana jiwa manusia dan bagaimana pengaruhnya
kepada tampilan wajah sang jiwa tersebut. Hukum hukum ini perlu penulis
sandingkan, sebab hukum-hukum ini telah menjadi konsesus bersama, yang kita
yakini memiliki kebenaran secara ilmu pengetahuan, adalah hukum-hukum yang
mampu menjelaskan bekerjanya suatu system di alam raya ini.
Analogi atas hukum-hukum ini, akan membawa kita untuk memahami
mengapa jiwa manusia dalam keadaannya begitu. Serangkaian bekerjanya
hukum-hukum alam akan coba disajikan. Hukum kekekalan energy, hukum kelistrikan,
hukum medan gaya magnet, atau hukum yang menjelaskan adanya sebuah system yang
menjadi penyebab terjadinya cuaca atau iklim di suatu daerah. Dan lain
sebaginya.
Beberapa hukum diantaranya sudah penulis paparkan dalam
kajian-kajian terdahulu. Maka dalam kesempatan ini penulis akan mengusung
hukum-hukum yang mempengaruhi iklim suatu wilayah. Hukum yang menjelaskan
keadaan iklim atau cuaca suatu daerha di permukaan bumi, yang menjelaskan
mengapakan keadaan wajah belahan bumi yang satu berbeda dengan belahan bumi
yang lainnya. Hukum-hukum inilah yang mungkin sedikit lebih
mendekati untuk menjelaskan keadaan jiwa (wajah-wajah) manusia.
Wajah-wajah bumi
Sebagaimana kita ketahui bersama. Susunan tubuh kita terdiri dari
atom-atom penyusun bumi. Maka karena ini penulis memberanikan diri
menganalogikan bahwasanya tubuh kita adalah seumpama bumi itu sendiri.
Bumi memiliki udara, tanah dan air. Unsur-unsur inilah yang menjadi bagian
tubuh bumi. Demikian halnya juga manusia. Manusia juga memiliki unsur udara,
tanah, dan air, yang menjadi bagian dari tubuhnya.
Bumi akan beputar, ber rotasi, bumi juga akan mengelilingi
matahari (revolusi). Pada saat sisi bagian bumi menghadap matahari, maka
tampilan wajah bumi di belahan tersebut akan menjadi panas. Panas ini akan
mempengaruhi banyak hal, seperti; Suhu, Tekanan udara, kelembaban udara,
hujan dan angin. Komponen-komponen inilah yang mempengaruhi keadaan suasana
suatu wilayah di permukaan bumi, sehingga terbentuklah keadaan yang kita
namakan dengan cuaca atau iklim. Keadaan iklim disuatu wilayah belahan
bumi inilah yang akan menjadikan wajah bumi ini, menjadi berbeda-beda
tampilannya dari satu belahan bumi di bandingkan dengan belahan bumi
lainnya, diseluruh permukaan bumi ini.
Dengan kata lain; terjadinya iklim yang bermacam-macam di muka
bumi, disebabkan oleh rotasi dan revolusi bumi serta adanya perbedaan garis
lintang. Yaitu suatu garis yang dapat kita maknai sebagai garis yang
menjelaskan seberapa banyak permukaan bumi tersebut terkena cahaya matahari di
bandingkan dengan permukaan bumi lainnya.
Intensitas cahaya matahari yang mengenai suatu wilayah menjadi
faktor penentu, Kemudian atas pembagian garis inilah, secara aklamasi kita bagi
bagian bumi menjadi beberapa potongan di dalam sebuah garis (lintang). Kemudian
selanjutnya melalui pengenalan atas wilayah yang diarsir oleh garis ini kita
dapat membagi wilayah permukaan bumi menjadi bagian-bagian yang memiliki wajah
masing-masing. Maka karenanya wajah bumi kita kenali dengan iklimnya;
Tropis, sub tropis, sedang dan dingin.
Ketika belahan bumi menghadap matahari maka akan terjadi panas
yang terus menerus di belahan tersebut. Panas matahari akan menaikan suhu
udara, suhu udara yang meningkat akan menjadikan tekanan udara menjadi rendah.
Sementara tekanan udara belahan bumi lainnya dalam keadaan tinggi. Perbedaan
tekanan ini akan menggerakan udara, gerakan udara inilah yang kita sebut
angin. Pergeseran angin inilah yang mampu kita amati. Jika perbedaan tekanan
udara ini demikian besar dan dalam situasi ekstrem maka angin akan bergerak
dengan kecepatan dan dengan intensistas, serta densitas yang akan hebat sekali,
yang kemudian kita kenali sebab angin toufan dan lainnya, Angin inilah
yang nampak dalam pengamatan kita. Angin inilah yangmampu kita rasakan sebagai
realitas atas udara itu sendiri.
Perlahan marilah kita analogikan kembali. Saat kita hadapkan diri
kita kepada selain Allah. Jika kemudian selain Allah kita
analogikan adalah matahari. Maka selanjutnya tentunya kita dapat menjelaskannya
sendiri dari ilustrasi diatas. Energy selain Allah kita umpamakan memiliki
sifat panas. Panas ini akan menaikkan suhu, suhu yang tinggi menyebabkan
tekanan udara menjadi rendah. Maka udara akan mengalir dari tekanan tinggi ke
wilayah yang bertekanan udara rendah. Udara akan mengalir ke wilayah yang
memiliki suhu udara yang lebih panas. Pergerakan udara ini disebut angin.
Pergerakan udara (hawa) ini lah yang mampu dirasakan oleh jiwa manusia. Jika
pergerakannya sedemikian cepat dan dahsyat maka akan dahsyat pula yang
dirahsakan sang jiwa. Jika pergerakan ini menjadi menetap maka akan disebut
iklim. Maka wajah bumi akan dapat kita bedakan dari iklimnya.
Dari analogi tersebut dapat kita ambil hikmahnya adalah, bahwa
wajah bumi (iklim) disebabkan oleh karena bumi menghadapkan dirinya kepada
matahari. Matahari adalah sumber panas (cahaya). Panas inilah yang akan
berperanan besar terhadap bekerja system perubahan iklim di permuakaan
bumi ini. Secara lebih tegasnya adalah, bahwa iklim bumi akan dipengaruhi oleh
komponen-komponen cuaca yaitu; Suhu, Tekanan udara, kelembaban udara,
hujan dan angin. Komponen-komponen ini akan bekerja secara sinergis dan simultan
mempengaruhi cuaca atau iklim suatu wilayah di permukaan bumi. Dimana semua
bisa terjadi dikarenakan belahan bumi dimaksud menghadap dirnya kepada
matahari.
Marilah kita coba analogikan dengan wajah-wajah kita (sifat-sifat)
jiwa manusia. Kemudian mari kita lanjutkan analogi ini. Bagaimanakah system
bekerjanya komponen cuaca telah mempengaruhi wajah-wajah bumi. Maka
demikian pula komponen keimanan telah mempengaruhi keadaan jiwa manusia. Kita
telah tahu bahwa komponen keimanan kita adalah Iman kepada Allah, malaikat
Allah, Rosul Allah, Kitab Allah, hari Akhir, dan iman kepada Qodho dan Qodhar.
Komponen ini akan menjadi faktor penentu perubahan wajah (sifat) manusia, Jika
diri manusia menghadapkan dirinya kepada selain Allah maka komponen tersebut
akan bekerja secara otomatis, menimbulkan pergerakan hawa, yang kita kenali
sebagai hawa nafsu. Maka jika pergerakan hawa tersebut bersifat menetap
maka akan nampak tampilan wajah jiwa manusia tersebut. kafir, fasik, munafik,
atau beriman. Sebagaimana tampilan wajah bumi yang ber iklim tropis, sub
tropis, sedang dan dingin.
Menjadi sebab semua itu terjadi adalah bahwa setiap komponen atas
unsur-unsur cuaca memiliki dualitasnya masing-masing. Suhu memiliki dualitas
panas dan dingin, tekanan udara memiliki dualitas tinggi dan rendah, kelembaban
udara memiliki dualitas basah dan kering, curah hujan memiliki dualitas banyak
dan sedikit, angin memiliki dualitas mampat dan masif (kerapatan tinggi
dan kerapatan rendah). Keadaan dualitas inilah yang akan mempengaruhi adanya
pergerakan angin (hawa) . Pergerakan angin (hawa) hawa inilah selanjutnya akan
dapat diamati oleh kita, melalui (dengan) indra kita. Pergerakan ini dapat kita
rahsakan betapa dahsyatnya. Pergerakan yang membawa hawa panas, pergerakan yang
menghantarkan hawa dingin, pergerakan yang mengandung kekuatan perusak dan
penghancur, pergerakan yang akan mampu memporak porandakan apa saja. Dan lain
sebaginya dan lain sebagainya.
Maka dengan memahami prinsip-prinsip dualitas inilah, setidaknya
(selanjutnya) kita akan mampu memahami pergerakan hawa nafsu kita. Melalui
analogi cuaca yang kita ulas, sedikitnya kita juga akan mampu memahami
bagaimanakah keadaan pergerakan angin (hawa) yang membawa rahsa tersebut.
Sehingga karenanya kita akan mampu meniadakan faktor penyebab timbulnya angin
(hawa). Hawa yang membawa rahsa, adalah suatu rahsa yang dapat kita
kenali. Rahsa yang memiliki potensi untuk memporak porandakan jiwa
manusia. Rahsa yang (mampu) menjadi penyebab dan menghalangi kita menuju Tuhan.
Meniadakan rahsa berarti meniadakan hawa. Meniadakan hawa berarti
meniadakan perbedaan suhu, meniadakan perbedaan tekanan udara, menjaga
kelembaban udara, meminimalkan hujan, menjaga pergerakan angin. Marilah
kita pahami analogi ini untuk memudahkan kita dalam memahami bagaimanakah
kemunculan hawa yang memiliki rahsa, dan mengapakah kita manusia senantiasa
diaduk-aduk rahsa. Dan bagaimanakah menetapinya.
Hawa yang terhimpun
Hawa dalam diri manusia terhimpun melalui kehendak dalam diri
manusia tersebut. Hawa adalah semisal udara dalam analogi diatas. Angin adalah
udara yang bergerak. Maka angin sama halnya dengan analogi udara dan analogi
hawa. Udara adalah bagian yang inheren dalam system bumi. Maka dalam tubuh
manusiapun demikianhalnya, udara sudah menjadi bagian inheren dalam tubuh
manusia. Keluar masuknya nafas adalah memasukan udara bumi ke dalam system
ketubuhan manusia.
Udara pada dasarnya masih bersifat netral, sebelum bumi
menghadapkan wajahnya kepada matahari. Demikian halnya udara yang terdapat pada
tubuh manusia akan masih bersifat netral sebelum manusia tersebut memiliki
persepsi-persepsi. Dimana persepsi tersebut menjadi sebab arah jiwa, semisal
bumi yang mengarahkan dirinya kepada matahari.
Ketika manusia telah mengarahkan persepsi-persepsinya maka udara
dalam tubuh manusia menjadi mampat. Ketika udara menjadi mampat maka
terhimpunlah menjadi sekumpulan hawa yang selanjutnya kita sebut sebagai hawa
nafsu. Ketika hawa nafsu ini bergerak, maka sebagaimana angin yang
bergerak. Angin akan membawa potensi panas dan potensi dingin. Maka hawa yang
bergerakpun akan memiliki potensi rahsa. Potensi rahsa ini bermacam-macam,
seperti takut, sedih, kecewa, dan lain-lain. (Yaitu) Potensi tersebut yang pada
gilirannya akan muncul nantinya dan menghijab jiwa manusia. Ketika manusia di
uji ketika amnesia mengalami hempasan hidup, maka saatnya potensi ini akan
muncul. Kemudian menjadi jelas wajah seperti apakah jiwa yangkita miliki.
Semakin banyak wilayah jiwa yang kita hadapkan kepada
persepsi-persepsi tersebut, maka akan semakin panas wilayah tersebut, akan
semakin besar perbedaan tekanan. Perbedaan yang besar akan membawa pergerakan
hawa yang semakin kuat terasa di jiwa. Pergerakan ini, semakin lama semakin
kuat, sehingga kadang jiwa tidak mampu menahannya. Ketika jiwa tidak mampu
mengendalikan dirinya. Maka potensi di dalam hawa ini akan muncul dalam
bentuk-bentuk yang dapat kita saksikan menjadi wajah-wajah manusia. Muncullah
dalam sikap kita sehari-hari. Muncullah dalam akhlak kita sehari-hari. Karena
diri kita mengikuti rahsa yang dimiliki hawa tersebut. Seberapa banyak
arsiran wilayah jiwa yang terkena panas, akan menjadi penyebab penampaan
wajah-wajah (sifat) jiwa tersebut. Wajah-wajah jiwa manusia yang telah
banyak diungkap oleh Al quran. Wajah kafir, munafik, fasik dan beriman.
Sebagaimana analogi wajah-wajah bumi diatas. Walaohualam.
Memasuki wilayah jiwa, memasuki kajian selanjutnya..
Bersambung..
Salam
arif
Komentar
Posting Komentar