Kajian Al Hal 4, Jiwa Yang Sesak
Marilah kita sandingkan pemahaman dalam kajian 2 & 3. Kajian
3 membawa kita kita kepada pemahaman yang menjadi sebab, bagaimana
dan mengapa, kita senantiasa menghadapkan diri kita kepada peresepsi-persepsi
kita. Persepsi yang di bangun oleh kesadaran kolektif. Persepsi tentang Tuhan,
persepsi tentang dunia dan akherat, persepsi tentang para nabi, persepsi
tentang kitab-kitab Allah, persepsi tentang hari akhir, persepsi tentang Qodho
dan Qodhar. Persepsi yang di bangun atas komponen-komponen keimanan ini, sering
kali sangat jauh berbeda dengan realitas sesungguhnya , (yaitu) realitas yang
dikehendaki dan dapat diterima jiwa manusia, sebagaimana yang
dimaksudkan dalam pengajaran keimanan kita. Persepsi mereka biasanya sangat
jauh dari pemahaman yang dimaksud tersebut.
Manakala terjadi jarak yang sangat jauh (perbedaan tinggi)
antara persepsi yang kita bangun dengan realitas
sesungguhnya atas ke enam komponen rukun iman tersebut
(berbanding persepsi kita). Maka akan bekerjalah system ketubuhan kita. (Yaitu)
selanjutnya system ketubuhan manusia akan bekerja sebagaimana hukum-hukum alam.
Adalah sebagaimana yang telah kita ulas
melaluii analogikan dimuka. Dan sebagaimana telah kita ungkap dalam
kajian 1, melalui bahasan cuaca dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tubuh
manusia akan mengalami hal yang sama sebagaimana bumi.
Begitu bumi menghadapkan dirinya kepada matahari, maka system
akan bekerja. Ketika system bekerja, maka angin (hawa) akan bergerak, seperti
kita ketahui bermacam-macam angin (hawa). Ilmu pengerahuan
telah mencatat bermacam,-macam angin yang dapat kita kenali dengan keadaannya;
angin passat, angin anti passat, angin barat, angin timur kutub, angin muson,
angin lokal, (angin darat-laut, angin gunung-lembah, angin jatuh). Begitu juga
banyak kita kenali angin dengan kedahsyatannya; angin topan, angin putting
beliung, angin tornado, dan lain sebagainya. Maka bagaimanakah keadaan suasana
jiwa manusia yang di dalam dirinya penuh dengan bermacam-macam angin yang
meliputi seluruh system ketubuhannya ?. Bagaimanakah keadaan jiwa manusai yang
memiliki wajah sebagaimana wajah-wajah bumi yang ber iklim Tropis, sub tropis,
sedang dan dingin. Mari kita kaji melalui perumpamaan ini, bagaimana keadaan
jiwa kita sesungguhnya.
Maka berkali-kali al quran mengingatkan kita, dalam bahasa yang
sangat lugas. Dengan sebuah pertanyaan, dengan sebuah ungkapan, ataupun melalui
penyampaian fakta yang nampak di alam semesta ini. Semua dimaksudkan agar
manusia mampu memahami hakekat realitas yang sesungguhnya bagi jiwa manusia.
Sekali lagi, ketika manusia gagal memahami hakekat realitas dan
ketika manusia gagal melakukan penerimaan atas realitas tersebut, dan ketika
manusia juga gagal menghadapkan dirinya, agar tidak menghadap
kepada cahaya (panas) selain Allah (semisal itu
matahari). Maka karena sebab keadaan itu,
komponen-komponen cuaca akan ber sinergis, menimbulkan pergerakan
angin, air, kelembaban udara, hujan dan suhu. Jika cuaca suatu wilayah bersifat
menetap dan berlangsung lama, maka jadilah iklim. Iklim inilah yang menjadikan
wajah bumi bermacam-macam. Maka bagaimana keadaannya jika itu adalah tubuh
manusia; maka sejalan dengan ilustrasi tersebut, komponen-komponen keimanan
sama halnya akan membentuk wajah-wajah manusia; menjadi kafir, fasik, munafik
dan beriman. Inilah analogi yang memudahkan kita dalam memahami wajah-wajah
diri kita. Sistem ketubuhan manusia juga akan bekerja sebagaimana
ilustrasi bumi dengan iklim yang dimilikinya. Inilah yang ingin saya sampaikan.
Tubuh manusia
sebagaimana bumi
Sebagaimana
halnya bumi, tubuh manusia juga mengandung unsur, tanah (atom-atom tanah), air,
dan udara. Di dalam tubuh manusia juga hidup bermacam-macam binatang renik
mulai dari, bakteri, jamur, amuba, cacing, kutu, pendek kata
bermacam-macam hewan yang hidup di bumi, nyatanya juga hidup di dalam tubuh
manusia. Maka jangan kaget jika kita lihat pasangan kita dengan kaca pembesar
1000x maka wajah yang tadinya cantik jeiata, menjadi wajah yang menakutkan.
Sebab akan nampak bermacam-macam binatang renik yang melata di
seluruh permukaan wajahnya. Jasad renik tidak hanya hidup di permukaan kulit
manusia saja, mereka juga hidup di dalam organ-organ manusia. Maka dapatlah di
katakan bahwasannya tubuh manusia di anggap sebagai tempat berkembang biak
pelbagai jenis dan macam jasad renik di bumi ini.
Masih
belum lengkap, selain jasad renik, tubuh manusia juga mampu ditempati oleh
binatang-binatang lainnya, makhluk-mahluk lain yang memiliki nafsu dan
kecerdasan. Di dalam tubuh manusia hidup pelbagai jenis jin dari mulai yang
berwujud binatang sebagaimana binatang di bumi, dan juga hidup pula golongan
jin dari jenis yang memiliki kecerdsan tinggi semisal dengan manusia, mereka
memiliki kesadaran memiliki nafsu yang sama dengan manusia. Masih di tambah
lagi di dalam tubuh manusia mampu hidup pula golongan jin tersendiri
yang sering di sebut Kodam. Tubuh manusia kemudian masih di ramaikan lagi oleh
adanya syetan dan iblis yang senantiasa berpesta di dalam raga manusia.
Sebagaimana
sesaknya bumi, tubuh manusia juga mengalami kesesakan yang amat sangat
bagaimana tidak, penghuni yang beraneka rupa, warna, jenis, golongan dan
bangsanya. Dan entah berapa banyak jumlah mereka. Mulai dari jenis hewan melata
sebagai mana yang melata di bumi, hingga golongan, jin ,syetan dan iblis,
mungkin juga lainnya, telah mengisi tubuh manusia dan hidup bersama
jiwa kita di dalam tubuh yang sama. Mereka sebagaimana penghuni bumi,bertingkah
polah layaknya manusia. Kadang mereka merajalela, melakukan apa saja sesuka
mereka, mengangagap tubuh kita ini adalah rumah mereka sendiri. Mereka memakan
apa saja, melakukan eksplorasi seenaknya, pendek kata mereka
bertingkah polah semau-mau mereka. Sebab banyak diantara mereka yang sengaja di
undang oleh manusia itu sendiri.
Sebagaimana
ilustrasi di muka, bagaimana kejadiannya jika kita ilustrasikan lagi. Bagaimana
jika tingkah polah mereka kemudian menyebabkan pemanasan global.
Sebagaimana ulah manusia di bumi ini. Ketika bumi terjadi pemanasan global maka
cuaca menjadi tidak menentu , panas tidak etrkira. Cuaca menjadi tidak mampu di
prediksi lagi. Keadaan ini semakin pelik dengan adanya efek rumah kaca. Lantas,
apakah yang kita rasakan sebagai akibat pemanasan global ini
?. Hidup menjadi semakin panas, gelisah, hawa panas mengakibatkan
cuaca menjadi tidak enak. Bumi terasa tidak nyaman lagi di tinggali. Udara
kering, gersang, dan cuaca tak menentu. Munculah pergerakan angin, mebawa
kedhasyatannya.
Begitu
juga halnya dengan jiwa kita. Ketika di dalam tubuh kita terjadi pemanasan
global oleh akibat ulah makhluk-makhluk yang berada dalam tubuh kita, maka
dapat kita bayangkan bagaimana panasnya jiwa, bagaimana reasahnya jiwa,
bagaimana gelisahnya jiwa, bagaimana jiwa akan penuh amarah, bagaimana jiwa
kemudian menjadi semena-mena. Karena di dalam dirinya sudah tidak mampu lagi
meredam rahsa badai yang ditimbulkan sebagai efek pemanasan global tersebut.
Maka dapat kita lihat dalam alam nyata, tampilan orang-orang yang memuja
kesaktian, orang yang bergelut dengan ilmu-ilmu yang menggunakan
jasa jin dan kodam. Mereka semua menjalani hidup dengan penuh
kegelisahan, panas terasa di jiwa, penuh hawa amarah yang senantiasa
meletup-letup. Sebagaimana kondisi cuaca di bumi yang mengalami pemanasan
global.
Begitulah
ironinya manusia. Bagaimanakah manusia kemudian mampu membersihkan dirinya.
Menolong jiwanya dari kungkungan makhluk-makhluk yang tak kasat mata ini. Belum
kita bicara mengenai bagaimanakah kita mampu mengatur cuaca dalam tubuh kita.
Agar senantiasa dalam suasana tenang, suasana yang redup, sebagaimana
pegunungan yang di bawahnya mengalir air jernih. Suasana indah di pagi hari,
sebagaimana suasana di pegununungan dengan matahari yang bersinar lembut.
Belum kita bicara mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi suasana hati
tersebut. Di hadapan kita terpampang fakta, bahwasanya bumi ini harus terlebih
dahulu di bebaskan dari makhluk-makhluk yang keberadaannya di dalam diri kita
malah justru akan merusak system cuaca itu sendiiri. Merekalah yang akan menyebabkan
system pemanasan global di dalam tubuh kita. Maka langlah kita adlah mengamnkan
makhluk-makhluk ini, jika tidak usaha apapun yang kita lakukan dalam mengatur
komponen cuaca akan sia-sia. Sebab mereka-mereka akan terus bersuka ria,
memporak porandakan apa saja di dalam system ketubuhan kita, sehingga tetap
saja akan mengakibatkan pemanasan global.
Jalan
panjang dan berat sekali, mendaki lagi sukar, menapaki jalan spiritual,
menggapai ridho illahi. Menuju jalan-jalan-Nya. Karena terpampang dihadapan
kita fakta yang mencengangkan. Mampukah kita membersihkan tubuh kita ?.
Mampukah kita mensucikan hati kita, mampukah ?. Jikalau keadaannya
begini ?. He..eh. Tanda tanya ini tak bertepi. Pelik sekali jika kita
runut satu-satu.
Kesadaran
kolektif kita telah memasukan berbagai macam kesadaran. Kesadaran yang tanpa
disadari telah mengundang pelbagai macam hewan dari golongan jin. Kesadaran
yang tidak kita sadari, sebab di bingkai dengan keindahan, dibingkai dengan
olah tubuh dan lainnya. Kita banyak mengenal ilmu harimau, ilmu ular, dan
bermacam-macam jenis ilmu kesaktian yang mendasari kekuatan mereka dari alam
ghaib. Kekuatan yang mereka pergunakan adalah kekuatan hewan tersebut yang di
panggil untuk masuk ke dalam tubuh kita. Sehingga seakan-akan kita memiliki kekuatan
harimau. Banyak sekali macamnya, baik jenis maupun turunannya.
Maka
kemudian ajaran Islam banyak yang mengalami sinkretiisme berbaur
dengan kesadaran model begini. Banyak wirid yang kemudian di maksudkan untuk
mendapatkan kesaktian-kesaktian. Niat wirid bukan lagi kepada Allah. Wirid
(dzikir) mereka di arahkan untuk mendapatkan kekuatan (kesaktian). Mereka tidak
sadar sejatinya mereka sedang mengundang pelbagai macam binatang dari golongan
jin untuk masuk menghuni tubuh kita ini. Merka tidak sadar bahwa diri merekla
sedang menghadap kepada selain Allah. Maka kita tahu bagaimana akhir cerita
jika wajah kita di hadapkan kepada panas yang bukan dari Allah. Bagaimana
kemudian cuca akan bergerak ekstreem. Bagaimana kemudian komponen cuaca akan
bergerak, angin bergerak, dan seterusnya dan seterusnya.
Kita tidak pernah sadar, banyak doa, banyak dzikir yang tidak
lagi di niatkan kepada Allah. Untuk menganggungkan asma Allah. NItan mereka
utuk mendapatkan kekayaan, kesaktian, jodoh, dan mungkin lainnya. Mereka
memanggil hewan-hewan dari golongna jin untuk menghuni tubuh kita. Maka penuh
sesaklah tubuh manusia dimasuki segala jenis binatang, segala golongan jin,
belum lagi kodam, masih di tambah syetan. Maka iblispun tertawa dengan gembira,
karena tugasnya nyatanya di ambil alih oleh
manusia. Maka kemudian tinggal manusia, tertatih-tatih
mencari jati dirinya.
Karena keadaan ini, banyak manusia sulit mengenali jati diri
mereka sebagai manusia. Mereka sulit menghadap Tuhan, mereka sulit khusuk.
Mereka tidak mampu melakukan penerimaan atas ketentuan dan ketetapan Allah.
Mereka sulit sekali merasakan manisnya iman. Mereka sulit sekali memahami
manakah hakekat realitas dan yang ghaib. Merka tida mengerti adanya hari akhir.
Mereka tidak mengenal dunia akherat. Dalam kesadarannya hanyalah kebanggan diri
dan obsesi semata.
Maka kejadinnya, ketika diri mereka ingin kembali kepada Allah.
Hewan-hewan, jin, kodam, setan dan para sekutunya, berbaris paling depan,
meningkatkan pemanasan global di dalam tubuh kita. Manusia
kembali dibenturkan kepada komponen system ketubuhannya sendiri. Manusia harus
merasakan pergerakan hawa yang memiliki rahsa. Rahsa takut menjadi begitu kuat,
rahsa sedih menjadi begitu menggumpal, rahsa kecewa terasa begitu mengiris,
rahsa cinta begitu menyiksa, rahsa marah begitu membahana, dan begitu
seterusnya. Muncul bermacam-macam jenis angin yang terpaksa harus dirahsakan
jiwa. Mampukah kita sekuat KUDA PERANG ?. Meski terengah-engah menerjang
memerangi semua makhluk di dalam tubuh kita ?.
Bilamanakah kita mampu lepas diri dari
mereka…?.
Wasalam
arif
Komentar
Posting Komentar