Kajian simbol, Alif Lam Miim
Μemasuki
kajian yang semakin memberat dan membosankan ini (?). Sangat diperlukann
kesungguhan dan minat khusus bagi pembaca untuk melanjutkan kajian ini.
Kearifan
dalam membaca sebuah symbol yang digunakan dalam Al qur an menuntut sikap
‘bijak’ bagi kita semua dalam menyikapi ‘perbedaan’ yang mungkin timbul, dalam
menguraikan makna hakekat atas symbol yang dimaksudkan tersebut.
Bahasa
symbol meskipun digunakan secara umum oleh para filsuf serta oleh para
ilmuwan, tetap saja sulit bagi kita yang awam untuk memaknainya ari yang
dimaksud sebenarnya oleh para penulisnya. Apalagi yang akan kita kaji adalah
bahasa symbo Al qur an. Maka sangat dibutuhkan ‘kearifan’ sidang pembaca untuk
menyikapi kajian ini.
Simbolisasi
atas hakekat makna, sering digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dan biasanya
yang digunakan adalah lambing huruf, benda, atau logo, dan lain-lainnya.
Kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan menjadi sebab
mengapa manusia memilih bahasa symbol atau logo dalam mengungkapkan apa yang
diinginkannya. Hal ini dikarenakan, sebab apa-apa yang ingin disampaikan dan
diungkapkan tidak di wadahi oleh tata bahasa manusia atau juga perlu
banyak sekali interprestasi dan penjelasan yang harus dituliskan untuk
menggambarkan yang dimaksudkan.
Ungkapan
rahsa, ungkapan makna filosofi, bahkan ungkapan dalam ‘science’ sendiri
memerlukan ‘lambang’, atau ‘logo’ atau ‘simbol-simbol’, agar mampu
dikomunikasikan kepada manusia lainnya. Sebuah symbol dianggap akan mampu
mewakili apa yang ingin disampaikan, sehingga para ilmuwan, para filsus, para
ahli komunikasi, dan lain-lainnya sering menggunakan ‘model’ bahasa simbolisasi
seperti ini.
Bahasa
yang simple, sederhana namun kaya makna. Inilah yang diinginkansimbolisasi
dalam tata bahasa manusia sangat diperlukan. Kesulitan dalam ber tata bahasa
sepertinya mampu di urai dengan menggunakan bahasa ini. Selanjutnya, lambang
atau logo atau symbol inilah yang menjadi alat komunikasi antar manusia, antar
bangsa, suku, agama, bahkan melintas generasi. Seluruh tata bahasa manusia,
apapun itu suku, agama atau keilmuannya pasti menggunakan bahasa ini, yang akan
diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Keunikan
bahasa symbol adalah dalam sifat universal-nya. Bahasa yang akan
mampu ditangkap siapa saja. Meski makna mungkin akan sangat tergantung kepada
masing-masing yang mencoba memahaminya. Keluasan dan kedalaman bahasa symbol
sangat tergantung kepada ‘kedewasaan’ kesadaran para pembacanya. Satu bahasa
symbol jika diterjemahkan mungkin saja akan menjadi sebuah buku yang tebal
sekali. Itupun masih sangat tergantung siapakah yang menjelaskan bahasa symbol.
Jika
seseorang mampu membaca bahasa symbol sebagaimana yang dimaksud dalam
interprestasinya, maka kadang pembaca tersebut sudah mampu membaca isi keseluruhan
dari buku tersebut, tanpa harus membaca keseluruhan isi buku tersebut. Inilah
keunikan bahasa symbol dalam tata bahasa manusia.
Einstein
menggunakan bahasa symbol ;
Orang-orang
yang tidak memiliki referensi atas apa yang disimbolkan Einsten, tidak
akan mampu membaca apa yang ingin disampaikan oleh Einsten.
Sehingga jika pembaca belum memiliki
referensi atas apa yang dimaksudkan dengan ‘Energy’, jika
dia belum memiliki referensi perihal ‘masa’ , jika dia belum
memiliki referensi akan ‘kecepatan’ yang dimaksudkan itu. Maka bagi
dirinya simbolisasi ini tidak memiliki makna apa-apa. Kosong saja. Dan khabar
yang ingin disampaikan Einsten menjadi sebuah ke ‘sia-sia’ an saja. Namun Ketika
ketemu dengan orang yang tepat maka bahasa symbol ini akan menjadi sangat ‘luar
biasa’ sekali. Bahasa symbol akan sangat bermanfaat bagi orang-orang yang
ber-ilmu dan memiliki ketertarikan yang sama.
Oleh
karenanya bahasa symbol hanya akan mampu dibaca oleh orang-orang yang memiliki
kapasitas untuk membaca symbol-symbol. Dalam hal ini adalah para ilmuan yang
berkecimpung dalam fisika nuklir.
Maka kita
dapati, dari bahasa symbol yang di sampaikan Einsten~kemudian di baca oleh ahli
fisika nuklir, terciptalah bom atom. Bahkan saat sekarang ini, energy listrik
pun memanfaatkan hasil dari ‘membaca’ bahasa symbol yang dilakukan oleh para
ahli fisika nuklir.
Sekarang
ini dunia di kuasai oleh ‘kekuatan’ yang berhasil di implementasi dari sebuah
bahasa symbol E = mc2. Siapa yang menguasai ‘energy’ maka akan
menguasai dunia. Maka orang-orang yang memiliki kemampuan ‘membaca’ bahasa
symbol ini, menjadi sangat mahal harga nya. Karena demikian langka-nya
orang-orang seperti ini.
Maka dari
itu Islam sangat berkepetingan sekali dalam hal ini. Islam menginginkan umatnya untuk
mampu membaca bahasa symbol. Islam memahami bahwa betapa pentingnya bahasa
symbol dalam perkembangan peradaban tekhnology manusia. Dalam pendewasaan
kesadaran manusia. Dalam penyempurnaan jiwa manusia. Maka banyak surah
di dalam Al qrur an di mulai dengan bahasa symbol ini.
~ A(alif) la (lam) ma (mim) ~
Inilah
salah satu bahasa symbol dalam Al qur an, (dimana) yang di gunakan adalah
huruf-huruf Al qur an itu sendiri (arab).
Bahasa
symbol Einsten menjelaskan bagaimana mekanisme Energy yang berlaku di alam
semesta. Suatu ‘masa’ yang di berikan ‘percepatan’ sedemikian rupa sehingga dirinya
‘bergerak’ dengan kecepatan kudrat dari kecepatan cahaya, maka masa itu akan
membelah. Ketika membelah akan melepaskan energy yang maha dahsyat mampu
menghancurkan apa saja. Maka ‘proses’ ini harus berada dalam tempat yang
benar-benar ‘tertutup’. Inilah hakekat makna postulat Eisnten.
Energy
yang tercipta dari ‘proses’ ini adalah energy yang bersifat sebagaimana pisau
yang bermata dua. Bisa bermanfaat atau malahan akan menghancurkan dunia. Dan
hingga saat ini mansuia masih dilanda kekhawatiran atas ‘efek’ yang dapat di
timbulkan atas ‘nuklir’ ini. Inilah sifat ‘energy’ yang ditemukan manusia dari
hasil membaca tanpa menggunakan nash Al qur an. Ketika manusia ‘membaca’ tidak
atas nama Tuhan maka apa-apa yang dihasilkan akan menjadi pedang bermata dua.
Maka umat
muslim diingatkan berkali-kali, agar mampu membaca dari Al qur an saja, agar
manusia terhindar dari problematika ‘teknology’ yang di ciptakannya sendiri.
Ketika manusia ‘membaca’ tidak atas nama Allah maka apa-apa yang dihasilkan
akan menjadi pedang bermata dua. Membaca dengan niat yang tidak di
tujukan karena Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini.
Akan menghasilkan dualitas kembali. Kebaikan dan keburukan atas hasil
tekhnology yang diciptakan. Inilah problematikanya
Kebutuhan
manusia akan filosofi yang menjadi pijakan perkembangan tekhnolgy bagi
peradaban manusia sebenarnya sudah difasilitasi oleh Al qur an dengan
bahasa symbol yang dimaksudkan~ bahasa tersebut haruslah dimaknai oleh umat
muslim yang (memang) memiliki kapasitas untuk ‘membaca’. Sebagaimana para
ilmuwan fisika nuklir membaca symbolisasi dalam postulat Einsten. Nanti
kita kan melihat, setelah kita sandingkan kembali postulat Alif lam mim dengan
postulat E = mc2 bahwa postulat Alif lam mim, memiliki kedalaman makna yang
lebih sangat luar biasa dalam menjelaskan kaitan Energy dan seluruh
alam semesta. Hukum-hukum yang bekerja di alam semesta ini mampu di dijelaskan
hanya dari symbol yang sedrhana tersebut.
Sayang
bahasa symbol dalam Al qur an ini telah ter ‘bonsai’ oleh pemahaman yang
mengawali semenjak dahulu kala. Bahwasanya bahasa symbol tersebut (Alif lam
mim) hanya Allah-lah yang tahu arti dan makna nya. Kesadaran kolektif ini ,
telah mengesampingkan upaya manusia dalam ikhtiarnya mencoba membaca
hukum-hukum sunatulloh di alam semesta ini, melalui Al qur an. Sehingga
siapapun ilmuan yang bermaksud untuk membaca bahasa symbol dari Al qur an akan
mengalami ‘kegamangan’ tersendiri. Sebab adanya ke-khawatiran akan menabrak
batasan-batasan yang sudah dibuat oleh para musafirin ber abad-abad yang lalu.
Sehingga
dapat kita saksikan, umat Islam dalam hal tekhnology hanya jalan di tempat.
Pemahaman Islam dalam hal technology tidak bergerak sejak abad ke 7 Masehi.
Meski Islam memiliki ilmuwan-ilmuwan hebat di setiap jamannya. Dalam hal
perklembangan tekhnology Islam dan infrastruktur pendukungnya, Islam
sangat tertinggal di bandingkan dengan bangsa Yahudi yang dengan berani
meng-eksplorasi bahasa-bahasa symbol.
Anggapan
bahwasanya symbol ini (Alif lam mim) tidak lazim untuk diuraikan karena sifat
‘kesakralan’ Al qur an menjadi ‘pembatas’ yang menyebabkan ‘kegamangan’ ilmuwan
ataupun kaum musafirin dalam menguraikan symbol-symbol tersebut. Stigma ‘bid
ah’ dan kafir yang dengan mudah akan disematkan kepada orang yang berusaha
untuk ‘membaca’ Al qur an. Menjadi ‘ketakutan’ tersendiri bagi orang yang ingin
‘membaca’ symbol yang digunakan Al qur an dan ingin berkomunikasi dengan Al qur
an.
Demikianlah
nasib umat Islam, diantara klenik, mitos dan kepercayaan yang membebani umat.
Kita umat Islam awam, senantiasa gamang diantara dua dunia yaitu dunia-akherat.
Dunia tidak kita raih dan akherat belum tentu dapat. Selalu setengah-setengah.
Maka ketertinggalan dan keterbelakangan adalah sebuah kepastian adanya.
Bahasa
simbolisasi ternyata telah menjadi bahasa yang merubah tatanan dunia. Maka
orang-orang yang mampu membaca bahasa ini, adalah orang-orang yang akan mampu
menguasai peradaban manusia. Inilah yang disiyaratkan Al qur an.
Kompromi
dalam menarik analogy
Symbol
hakekatnya adalah (untuk) meng-komunikasikan apa yang tersirat yang tidak mampu
di ungkapkan dengan kata-kata. Maka menjadi ‘aneh’ jika symbol-symbol yang
digunakan Al qur an menjadi barang ‘tabu’ untuk kita uraikan maknanya. Hal
inilah yang ‘merangsang’ penulis untuk mencoba mengkhabarkan ‘pemikiran’ yang
mungkin tak sama dalam memaknai symbol yang digunakan Al qur an.
~ A (alif), la (lam), ma (mim)
~
Bagaimana
membaca Postulat Einstein ?
Symbol E
memiliki makna Energy. Semua manusia paham apa itu energy. Sebab energy bisa di
indrai oleh manusia. Maka symbol ini kemudian mudah dipahami. Namun jika kita
uraikan hakekat sebenarnya atas energy. Seluruh materi memiliki energy baik
Energi Potensial maupun Energi Kinetik. Dan juga Energi-energi turunannya. Dan
kita akan membutuhkan ribuan buku untuk menuliskannya. Sementara
pemahaman atas energy pun bertingkat-tingkat tergantung kepada kecerdasan dan
kedewasaan pembacanya. Penjelasan energy bagi TK tentunya akan berbeda bagi S3.
Maka
dapat kita simpulkan E (energy) adalah sumber adanya m (masa) dan c
(kecepatan). Jika tidak ada E (energy) maka symbol-symbol lainnya tidak akan
pernah ada di dunia ini. Inilah hakekat dari postulat Einstein.
Jika
pemahaman ini di balik, m (masa) akan melepaskan E (energy) yang dikandungnya,
(yang selama ini meliputi dan mengikat materi tersebut tetap dalam keadaan
lembam) ~jika kepadanya diberikan gaya (energy) lain. (Yaitu) E (energy) yang
mampu merubah arah kecepatan m (materi/masa) tersebut sedemikian rupa sehingga
membuka ruang ikatan yang ada di dalamnya. Keterbukaan ruangan inilah yang
menyebabkan E (energy) yang berada dalam ikatan m (materi/masa) tersebut
terlepas keluar. Reaksi ini di kenal sebagai reaksi fisi nuklir.
Reaksi
fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom
lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta
radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta
dan gamma yang sagat berbahaya bagi manusia.
Berapa c
(kecepatan) yang di butuhkan untuk m (materi/masa) tersebut bergerak sehingga,
ikatannya terlepas ?. Inilah yang ingin di teliti manusia. Dan Einsten sudah
menemukan kecepatan minimal agar ikatan energy suatu m (materi/masa) terlepas
keluar dari ikatannya ?. (Yaitu) kecepatan cahaya di kalikan dengan
kecepatannya sendiri (kuadrat).
Postulat
Einsten mampu menjelaskan bahwasanya setiap m (materi/masa) diliputi oleh E
(energy). Dan juga sebaliknya bahwa Energi berada di dalam m (masa/materi).
Liputan Energi inilah inilah yang menyebabkan m (materi/masa) mampu
bergerak dengan c (kecepatan) yang tertentu.
Maka
secara filosofi bahwasanya antara E (energy), m (materi/masa), dan c
(kecepatan) adalah sebuah satu kesatuan yang saling meliputi. Energy
meliputi m (materi/masa), dan c (kecepatan) dan begitu juga sebaliknya m
(materi/masa) meliputi E (energy) dan c (kecepatan).
Jika
konsepsi ini kita gunakan dalam memaknai hakekat ketuhanan. Ternyata konsepsi
tersebut berkesuaian dengan pemahaman para ‘spiritualis’. Kita mengenal adanya
pemahaman ‘manunggaling kawula gusti’. Adalah hakekat dalam
memahami realitas Energy yang diusung oleh kaum matrialis. Energy yang meliputi
materi. Cahaya Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Hal ini
merupakan analogy pemahaman la haula wala kuawat illa billah.
Bagaimana
menjelaskan konsepsi Al qur an perihal ini ?
Symbol
adalah tanda, sebuah lambang yang tak berarti apa-apa sampai manusia tersebut
mampu memaknai ‘hakekat’ atas symbol tersebut.
Maka bagaimana dengan symbol A (alif) la (lam) ma
(mim) ?.
Siapapun
manusia dari pendidikan, dari golongan apapun tentunya dapat membaca symbol
tersebut. Meskipun penjelasannya mungkin akan berbeda kualitasnya. Anak TK akan
mampu menjelaskan cahaya, dan membicarakannya, tentunya sah-sah saja.
Itulah pemahaman mereka anak-anak TK. Begitu juga orang yang berpendidikan
S3. Dalam kapasitas mereka masing-masing, tentu saja ‘pemahaman’ keduanya itu,
menjadi benar dalam makom mereka masing-masing. Meskipun S3 memeliki
pengetahuan lebih mendalam, namun dia tidak berarti dia bisa menyalahkan
pemahaman anak TK tentang cahaya. Inilah perumpamaan yang ingin saya sampaikan
dalam upaya memahami symbol-symbol dari Al qur an !.
Kerenanya
saya cuplikan serat Pepali Ki Ageng Selo, seorang filsuf Jawa yang juga
menggunakan bahasa symbol untuk menjelaskan makna hakekat.
Melalui
uraian serat Pepali inilah saya mencoba melakukan pendekatan atas makna hakekat
symbol A (alif) la (lam) ma (mim).
Serat
pepali ini mencoba menjelaskan makna dan hakekat Tuhan dan ketuhanan dalam
agama Tauhid (Islam). Yang menarik dari Serat Pepali ini adalah
penulisnya sendiri menjelaskan tafsirannya dengan bahasa simbolisme lagi. Jadi,
setiap pembaca karyanya dapat meng-eksplorasi kembali makna-makna symbol-simbol
yang di maksud, menjadi tak berbatas ruang dan waktu. Ki Ageng Selo menjelaskan
hakekat Tuhan dengan banyak macam simbolisme sbb :
* Samudera Besar
* Tempat tak Bertulisan
* Teratai tak Berkelopak
* Lampu Menyala tanpa Sumbu
* Daun Hijau tak Berpohon
* Muazzin tanpa Bedug
* Buku, Bulan Purnama, dan Gerhana Bintang
* Angka Satu
* Tempat tak Bertulisan
* Teratai tak Berkelopak
* Lampu Menyala tanpa Sumbu
* Daun Hijau tak Berpohon
* Muazzin tanpa Bedug
* Buku, Bulan Purnama, dan Gerhana Bintang
* Angka Satu
Keseluruh
rangkaian pemahaman melalui simbolisasi tersebut merupakan satu rangkaian yang
tali temali, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Inilah pemahaman hakekat
Allah menurut Ki Ageng Selo. Pemahaman yang di hantarkan oleh Ki Ageng Selo
tersebut, ternyata dapat di simbolkan (di akomodasi) dengan hanya satu huruf
oleh Al qur an yaitu dengan huruf ~ A (alif) ~ ; Inilah yang saya
ingin sampaikan.
Saya
cuplikan sebagian serat tersebut ;
(Lampu
menyala tanpa sumbunya/Itu lambang nyala pada Kehendak./Dat Mutlak itu
sebenarnya!/Sebagai air yang bercahaya,/Wahyu kesatuan dengan rasa
sejati./Itulah bentuk tunggal,/Yang disebut itu.)
Lampu
menyala tanpa sumbu. Adalah asal atas E (energy) yang meliputi seluruh alam
semesta.. Meskipun nyala api di dalam lampu (terkurung) namun cahayanya mampu
menembus (meliputi) sang lampu tersebut.
Dalam
Surat Al-Nur 35 terdapat simbolisme. Disitu dikatakan: Cahaya-Nya dianalogikan
sebagai sebuah miskat yang di dalamnya ada lampu besar. Lampu besar itu sendiri
ada di dalam kaca, sedangkan kaca itu dianalogikan dengan bintang seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah Timur dan tidak pula di sebelah Barat. Minyak tersebut bisa menerangi
sekelilingnya, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Tuhan
membimbing orang yang Ia kehendaki menuju cahaya-Nya itu.. Simbol ‘minyak
menerangi tanpa api’ ini amat analog dengan simbol ‘lampu menyala tanpa sumbu’
di atas.
Pada awal penjelasan di dalam surah Al ba qoroh,
Al qur an sudah memberikan penjelasannya dengan suatu symbol universal yaitu
huruf ~Alif. Mengapa huruf Alif ?. Sebab inilah huruf pertama yang mengawali
semua huruf. Sebagai symbol asal muasal semua ‘gerak’ di alam semesta ini.
Sehingga sangat relevan jika semua pemahaman yang menyangkut E (energy) atau
cahaya kemudian diberikan simbol dengan huruf Alif. Symbol Alif adalah symbol
untuk Ruh alam semesta. Sedangkan dalam ajaran Hindu entitas ini di kenal
sebagai Atman. Inilah pemahaman yang saya usung dan saya coba
komunikasikan.
“Ingatlah
bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keragu-raguan tentang pertemuan dengan
tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala
sesuatu.” (Qs Fushilat, 41:54)
"Dan
kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah
wajah Allah maha luas lagi maha mengetahui" (Qs Al baqarah, 2: 115)
Setelah
memahami ini maka postulat selanjutnya menjadi mudah saja. La (lam) merupakan
symbol keberadaan alam semesta ini. . (Postulat Einstein di
symbolkan m). Dan ma (mim) adalah symbol untuk entitas yang
menyadari adanya rangkaian kejadian di alam semesta, yang dikenal
sebagai Manusia.
Maka
dengan menggunakan analogy postulat Einstein, dan kita simbiosiskan dengan
pemahaman yang kita dapat dari serat Pepali Ki Ageng Selo, maka dengan itu,
kita mencoba ‘membaca’ apa yang ingin di komunikasikan Al qur an kepada kita
bahwa;
Cahaya
Allah (Alif) meliputi seluruh alam semesta, dan menjadi E (energy) gerak awal
mula dari seluruh gerak yang ada di alam semesta ini. Gerak ini meliputi
seluruh materi yang ada di alam semesta. Meliputi manusia, meliputi m
(materi/masa). Aristoteles menyebutnya sebagai The Unmoved Mover, yang
bergerak sendiri tanpa bantuan pribadi lain dan merupakan gerak tunggal yang
paling pertama dan yang absolut.
Rangkaian seluruh kejadian yang terjadi di alam
semesta ini dan di dalam diri manusia itu sendiri. Dijelaskan dalam bahasa
symbol yang lugas, namun tidak akan bermakna apa-apa jika tidak ada yang
‘tahu’, jika tidak ada ‘pengamat’. Sehingga rangkaian symbol A (alif) la
(lam) dan ma (mim), haruslah menjadi satu rangkaian dimana akan di baca
oleh ma (mim/manusia). Maka rangkaian huruf ma (mim) selanjutnya di sertakan
(analogy c pada postulat Einstein). Sehingga karenanya~ selanjutnya manusia
dapat memetik hikmah atas postulat ini.
Karenanya
di butuhkan ‘kecepatan’ ~ yaitu kecerdasan ma (mim) minimal agar seorang
‘pengamat’ (agar) mampu memahami hakekat ‘gerak’ yang terjadi yang
meliputi seluruh m (materi/masa) yaitu alam semesta (lam) dan dirinya
sendiri (mim). Jika ‘pengamat’ terlalu lambat atau terlalu cepat maka
‘pengamat’ tidak akan mampu ‘menyadari ‘proses’ datangnya ‘cahaya’ atau E
(energy).
Maka
karenanya seorang manusia yang memiliki ma (mim) akan dapat memahami
hakekat ketuhanan, melalui (dengan) membaca symbol-symbol ini. Dengan bahasa
inilah Al qur an ingin ber komunikasi dengan kita. Orang berilmu sudah
mampu membaca dan menguraikan makna symbol-symbol ini. Tentunya
merekapun sudah memiliki prasyarat dan memiliki referensi cukup atas
semua itu. Sebagaimana membaca postult E = mc2. Tentunya tidak sembarang
orang mampu merealisasikan dan mengimplementasikan postulat ini dari hasil
membaca-nya.
Ahli
fisika mampu menghasilkan Energi dari postulat Einstein (E = mc2). Memanipulasi
agar m (materi/masa) melepaskan E (energy). Maka ahli hikmah pun memiliki
kemampuan yang sama dengan menggunakan postulat Alif lam mim.
Jika
postulat Einsten menghasilkan materi yang irreversible dan bersifat radioaktif
dan akan mampu merusak apa saja, bahkan mampu menghancurkan dunia. Maka
postulat Alif lam mim di tangan ahli hikmah akan menghasilkan energy yang
harmoni dengan alam semesta. Sebagaimana hikayat ahli hikmah dalam kisah nabi
Sulaiman as.
Karenanya
(harapannya) jika ahli hikmah dan ahli fisika bekerjasama maka akan dapat
menghasilkan E (energy) yang aman dan harmoni bagi manusia dan alam
semesta ini. Adakah ahli hikmah
yang ahli fisika ?. Maka (harapannya) kemungkinan tersebut hanya ada
di agama Islam.
Maka Al qur an mengisyaratkan agar umatnya
senantiasa berfikir dan berfikir. Membaca dan membaca !. Sekali lagi MEMBACA !.
Dan selalu berkomunikasi dengan Al qur an. Wolohualam
salam
Alif Lam Mim ... ALAM (semesta) Alif Lam Ha' ... Allah AL-AM
BalasHapusAL ( EL ) menunjuk kepada Allah ( Elloah ). AM =Universal ( umum atau semesta besar ).
Mengkaji hakikat Allah bisa dilakukan melalui Perenungan atas apapun di dalam ALAM semesta ini. Pengkajian yang tak dibatasi oleh pakem-pakem yang dipakai sebelumnya.
Pengkajian yang membuka batin seluas-luasnya dan tanpa mengenal batas waktu.
Ketahuilah bahwa rahasia-rahasia akan terus tersingkap satu demi satu, jaman demi jaman, dan generasi demi generasi akan memperoleh bagiannya masing masing.
Tentu, diperoleh melalui " orang orang terpilih" NYA. Bukan masalah lebih tua atau lebih muda, dan bukan masalah turunan khalifah maupun dhuafa, karena unsur pilihan adalah mutlak Hak dari Allah untuk menentukannya. Rahwana.