Kajian Simbol, Alif Lam Miim Shaad




Hukum pengulangan (Law of Repetition)

Otak manusia bekerjanya melalu sistem pengulangan. Sebuah informasi yang hanya sekilas lewat akan diperlakukan sebagai spam. Al qur an yang di turunkan berabad-abad lalu telah menggunakan methodology ini. Perhatikan saja ayat-ayatnya, pasti terserak di dalamnya hukum pengulangan yang kesemuanya dimaksudkan untuk menstimulasi otak manusia. Cobalah perhatikan bagaimana symbol Haa Miim berapa kali di ulang, juga Alif laam miim, berapa kali di ulang, banyak sekali ayat-ayat yang di ulang-ulang dengan banyak paparan, menjelaskan dari seluruh sudut dan sisi yang dimungkinkan bisa memasuki ‘celah’ kesadaran (miim) manusia.
  
“Dan sesungguhnya dalam Al-Qur`an ini Kami telah mengulang-ulang (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).”
(Al
-Israa`: 41)

Bukankah jelas sekali informasi ini, sebuah system dan methodology ‘pengulangan’. Ada apakah dengan pengulangan ini ?. Kenapakah kita justru tidak memperhatikannya ?. Apakah sebab terlalu seringnya symbol tersebut di ulang, kita justru malah mengabaikan makna, yang ‘luar biasa’ tersebut.

Bukannya seharusnya karena sebab itu, menjadikan diri  kita semakin memperhatikannya, Kemudian  memasukinya  semakin dalam. Kenapa yang terjadi malah kebalikannya.

Symbol tersebut di anggap biasa saja !.

Inilah system bekerjanya ‘ego’ manusia. Sesuatu yang sering muncul dalam kesadaran kita, sebagai ‘kebiasaan’ hanya akan dimaknai sebagai kewajaran.  Sekali lagi inilah isyarat yang diberikan Al qur an !.

Haikal Hassan, lebih dari 10 tahun menjadi konsultan berbagai perusahaan besar, telah mencoba melakukan penelitian. Mencari tahu apakah yang menyebabkannya dan juga mengimplementasikan bagi perubahan ‘kemajuan’ manusia. Kemudian dia mendirikan pelatihan untuk itu.

Tanpa pengulangan, hukum tarik menarik tak akan mungkin terjadi. Law of Repetition memegang peranan penting. Menurut Haikal Hasan. Tanpa itu, otak tak akan sampai pada level genius dan otot tak akan sampai pada level refleks istimewa sisi kecepatan dan akurasinya. Inilah kekuatan hukum pengulangan yang di usungnya. Kemudian menjadikan dirinya seorang ‘motivator ’ dan seorang ‘trainer’  handal dengan mengusung hukum ini.

Hukum Pengulangan sudah diperkenalkan nabi Ibrahim, dia mengulang ulang terus apa saja yang dilihatnya. Dia melihat bulan, kemudian bertanya apakah itu Tuhannya ?. Dia melihat matahari, kemudian dia bertanya, apakah itu Tuhannya ?. Otak di latih terus untuk berfikir. Akal terus di kejar untuk mendapatkan jawaban. Pertanyaan diulang dan diulang lagi untuk mendapatkan pemahaman.

Ketika konsep Law of Repititon ini di sodorkan ke jaman sekarang. Oleh Haikal Hassan. Mengapa manusia menjadi euforia,  seperti menemukan sebuah hukum baru. Setelaheuforia The Secret karya Rhonda Bryne dan The Law of Attraction karya Michael Losier. Padahal setelah orang-orang mengikuti training model seperti ini, tetap mereka belum menemukan apa yang mereka cari. Pembentukan karakter ‘building’, perilaku dan akhlak, bukanlah pekerjaan mudah. Namun setidaknya, dengan mengusung hukum ini, bukunya dan jualannya menjadi laris manis. Sebab hukum pengulangan memang benar keadaannya.  

Konsep syariat seluruhnya menggunakan hukum pengulangan. Merupakan kebiasaan saja bagi umat Islam. Begitu juga pemahaman hakekat. Akhlak dan perilaku kita di bentuk dalam sebuah proses ‘peribadatan’ yang keras dan panjang dengan berulang-ulang, bahkan ribuan kali, bahkan tanpa henti. Melalui penggemblengan ‘laku’ lahir dan batin,  sholat, puasa, zakat, serta  dzikir yang berkesinambungan, dan lain sebagainya.

Pengelolaan hati di lakukan di system mengulang dan mengulang, melakukan afirmasi dan proses berfikir dengan benar.  Bukan suatu hal yang ‘sim salabim’. Dilakukan dalam satu tekad yang disebut yaitu ‘istikomah’. Itulah yang dilakukan para pendahulu kita kaum arif dan sholeh, para ahli ibadah. Pekerjaan kita, yang kita jalani juga membutuhkan pengulangan-pengulangan, sehingga menjadi gerak refleks kita. Semua aktifitas ketubuhan kita hakekatnya adalah (seharusnya) ‘pengulangan’ yang terencana dengan baik. Sehingga menjadi mampu ‘ber efek’ kedalam perilaku akhlak kita.

Begitulah kita, sungguh umat Islam memiliki khazanah intelektual luar biasa. Begitu kaya sekali. Namun senantiasa semua kita abaikan saja. Kita anggap sepele saja. Kita baru tersadar ketika konsep-konsep tersebut diangkat ke permukaan, diberitakan dengan cara-cara luar biasa. Kemudian kita tergopoh-gopoh mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah untuk mengikuti ‘training’-nya. Padahal yang dilatih dan di ajarkan mereka, hakekatnya adalah keseharian kita umat Islam. Sesuatu yang ‘biasa’ saja. Begitu hebat ‘jualan’ mereka.

Maka kita perlu mengkaji, mengapa bisa terjadi dalam ‘ranah’ spiritual Islam itu sendiri. (Mengapa) Syariat kita menjadi ‘kering’ makna. Ibarat tikus mati di lumbung padi. Itulah ibarat kita umat Islam. Sibuk mencari di luar dirinya. Sementara dekat dengannya banyak makanan bergizi.  Begitu lengkap khazanah yang ditawarkan Al qur an, sayang kita tidak pandai mengungkapkannya. Kita tidak tahu  kalau kita tahu. Inilah ironinya.  

Karenanya sekarang ini, diharapkan kita lebih memperhatikan lagi, dan memasuki di kedalamannya,  atas apa-apa yang sering diulang-ulang oleh Al qur an, sebagaimana symbol-symbol dalam kajian kita ini. Sehingga kita semua mampu mencapai keadaan ‘hal’ sebagaimana yang di maksudkan dalam Al qur an tersebut. Inilah pemikiran yang di hantarkan, sejauh kajian ini terus di usung.
  
Afirmasi berfikir dan kesadaran
  
Teknologi ilmiah komputer Amerika serta ahli dari Asosiasi Spesialis Komputer Inggris (MACP) dan juga Pelatih dan Pelaksana Senior Sertifikasi Program Bahasa Internasional. Melalui penelitian lebih dari sepuluh tahun, mereka berhasil menggunakan teknologi komputer untuk membangkitkan fungsi potensial dari otak manusia.

Melalui teknik “Genius Mind”, pelatihan ini disebarluaskan; yang dinamakan dengan “Metode Belajar Midbrain”. Berdasarkan penjelasan para ahli, setelah midbrain diaktifkan, midbrain akan dapat mengeluarkan gelombang otak untuk merasakan dan bereaksi terhadap benda-benda diluar. Dapat dikatakan juga bahwa dengan menutup mata, masih dapat mengenai benda-benda, huruf, warna dan lain sebagainya. Jadi, dengan pelajaran dan pelatihan selama satu setengah hari, akan dapat membantu anak “melihat” dengan menutup mata.

Jauh sebelum method ini diketemukan, nabi Ibrahim telah menemukan methode Ihsan. Melalui pengajarannya ini manusia akan mampu melihat, jauh menembus batas kesadaran alam materi. Tinggal bagaimana umat nabi Ibrahim mau atau tidak menggunakan kemampuan yang sudah inheren di dalam diri manusia itu.

Mari kita ilustrasikan yang lebih dekat dengan keseharian kita. Pernah belajar menyupir mobil ?. Nah, keadaannya mendekati. Ketika kita baru belajar, maka sulit bagi kita untuk menguasai seluruh bodi mobil yang lebih besar dari ketubuhan kita.

Kita luaskan kesadaran kita ‘seakan-akan’ meluas meliputi  seluruh ‘body’ mobil. Ketika kita sudah mampu meliputi ‘body’ mobil maka kita sudah berani mengendarai mobil tersebut. Seakan-akan badan mobil tersebut menjadi badan kita sekarang, kita mampu bersimpangan, berkelit, menghindar , dll. Pendek kata body mobil tersebut berada dalam liputan kita. Karenanya apa yang terjadi pada body mobil, akan terasa oleh kita. Coba saja saat terkena lubang yang mengaduh bukan mobilnya, tapi diri kitalah yang mengaduh. Kita menjadi seorang yang ‘experience’. Disitulah kesadaran ‘miim’ bekerja.

Sesuatu keadaan yang di afirmasikan dengan kesungguhan dan dengan keterjagaan, (kewaspadaan) dalam kesadaran kita, maka keadaan tersebut menjadi sebuah ‘realitas’ bagi kesadaran kita. Dan dalam keadaan itu~dengan itu (miim) kita akan mampu meliputi seluruh keadaan yang dimaksudkan.

Misalnya perumpamaan belajar mobil tadi. Hal ini bisa kita luaskan diri kita, misalnya dalam sebuah kamar. Kita akan mampu mendeteksi benda-benda yang ada di seluruh ruangan tersebut. Meskipun kita nanti berada di luar ruangan. Keadaan di dalam ruangan tersebut sudah menjadi bagian dari kesadaran kita. Kita akan merasakan seluruh keadaan di dalam kamar tersebut. Maka jika ada satu barang yang tidak pada tempatnya. Kesadaran kita akan mengenalinya.

Benda-benda di dalam ruangan tersebut senantiasa akan terus berada di dalam kesadaran kita, berada di ruang dan waktu yang selaras dengan kesadaran kita. Jika ada yang memindahkan letak benda tersebut kitapun mampu merasakannya. Kemampuan ‘miim’ akan menjadi seperti itu, jikalau kita manusia memahami apa yang diisyaratkan Al qur an.

Pemahaman pengantar inilah,  yang saya coba usung,  untuk lebih ‘membumi’ kan makna hakekat  ‘Miim’, entitas yang paling banyak mendapatkan porsi pengulangan di dalam symbol Al qur an.

Miim akan bekerja sebagaimana ‘ilustrasi’ tersebut. Kesadaran ‘miim’ mampu kita perluas hingga keluar dari diri kita, menyapu seluruh benda-benda yang ada disekitar kita, sehingga kita mampu meyakini keberadaan benda tersebut dengan ‘haqul yakin’.  Kesadaran ‘miim’ yang diolah terus menerus akan mampu menyapu dan meliputi alam semesta, akan mampu bersama Haa bertasbih kepada Tuhannya. Dengan keyakinan yang sempurna yangtidak menyisakan ruang keraguan sedikitpun, yang akan menjadi celah bagi syetan dan Iblis menggoda. Disanalah makom ‘Ikhlas’, yaitu makom para ‘muhklasin’.

Kekuasaan para raja dan kesaktian manusia

Kembali menjawab pertanyaan dimuka. Mengapakah dalam banyak hal, symbolisasi ‘miim’ selalu di sertakan. Sebab ‘miim’ lah yang senantiasa menjaga ‘keberadaan’ benda tersebut, kemanapun benda tersebut berada akan mampu dirahsakan ‘ke-ada-an’ nya. Inilah yang membedakan entitas ini dengan lainnya.

Seluruh entitas alam semesta akan selalu bergantung kepada ‘miim’ agar terus terjaga ‘ke-ada-an’nya dalam kesadaran manusia. Miim inilah yang mewakili Allah di alam semesta ini, mewakili Haa dalam keberadaan di dunia matery. Maka Haa tidak mungkin tampil di bumi, jika ada miim disitu. Inilah keterkaitan Haa dan miim. Menjadi tugas miim untuk menjaga keberadaan entitas alam semesta tetap dalam kesadaran manusia. Perbedaannya adalah, jika Haa sudah sejak mula sebelum terbentuk (kabut) sudah ber-Islam. Sementara miim diberikan kebebasan untuk ber-iman ataukah kafir, itu saja. 

Keberadaan alam semesta di ciptakan untuk manusia. Maka karenanya, semua entitas akan selalu berhubungan dan berkaitan dengan ‘miim’.  Maka pemahaman ini akan menghantarkan, mengapakah Shaad kemudian disandingkan dalam satu rangkaian symbol : 

A lif laam miim shaad . (QS. 7:1)

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti (pemimpin-pemimpin) selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)." (QS. 7:3)

Setiap diri manusia yang di anugrahi shaad, maka dirinya akan sebagaimana magnet, mampu menarik, materi lain melingkupi dirinya. Dia akan menjadi poros perputaran matery , harta seakan-akan seperti mudah saja di dapatkannya. Kekayaan akan mengitari, mengelilingi dirinya terus menerus, tiada putus. Dirinya menjadi poros energy itu sendiri, harta seperti bumi yang senantiasa mengikuti matahari.

Jika shaad kekuasaan yang dimilikinya, maka dirinya seperti dengan mudah saja, mengendalikan orang lain. Kekuasaan seperti hanya sebuah mainan bagi dirinya. Apa yang diucapkannya akan menyebabkan ketundukan dan kepatuhan bagi mansuia-manusia lain. Dan sesuatu yang sulit di katakan, seperti kharisma, kewibawaan, ada unsur segan, takut, penghambaan dan lain sebagainya. Maka orang-orang akan selalu mengitari dirinya. Maka dengan mudahnya dia menjadi pemimpin, menjadi Raja yang berkuasa, dan lain sebagainya.

Jika shaad yang dimilikinya adalah berupa kesaktian, yaitu sebuah kekuatan yang dapat menundukan matery alam semesta, angin, api, energy alam dan sebaginya. Maka dia akan dengan mudah mengelaola unsur-unsur alam sebagai pendukung kesaktiannya. Dirinya seperti dengan mudahnya memerintah kekuatan alam untuk kepentingannya sendiri. Menundukan jin, syetan, angin, awan, api dan lain sebagainya adalah sepenggal kisah yang diveroitakan di dalam Al qur an yang dimiliki para nabi-nabi.

Banyak sekali shaad-shaad yang tersebar di alam semesta ini. Shaad atas ilmu, shaad atas bahasa, shaad atas seni, dan lain sebagainya. Shaad yang akan diturunkan kepada manusia-manusii yang dikehendaki-Nya. Dan juga ‘Shaad’ yang terserak di batu, di angin, di air, di api, di bumi, di langit, di hewan, di tanaman, di alam ghaib, dan berada dimana saja, menjadi rahasia alam itu sendiri.

Shaad ini hakekatnya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah atas makhluknya. Bahwa seluruh bumu dan isisnya, seluruh langit dan yang berada di dalamnya. Berada dalam kekuasaannya, mereka akan diperintahkan kemana saja, yang Allah kehendaki. Maka shad ini hanay patuh saja. Diberikan kepada yang kafir shaad ini juga patuh, di berikan kepada manusia beriman dia juga menurut saja. 

Maka bagi kaum muslimin diharapkan tidak terpukau dengan adanya shaad yang dimiliki oleh orang-orang ini. Baik yang di miliki dia sebagai Raja, sebagai orang sakti, sebagai orang kaya, dan lain sebagainya. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. 7:3). Begitulah yang di pesankan Al qur an.

Dapat kita perhatikan dengan seksama, bahwasanya Al qur an senantiasa berkata kepada kaum yang berkuasa dan kaya, yang memiliki shaad-shaad ini. Mereka kaum cerdik pandai di setiap jamannya. Bangsa-bangsa yang memiliki kekuatan dan kekuasan besar. Kaum yang memiliki shaad atas mereka. Sehingga perkataan mereka akan diikuti lainnya. Merekalah yang memeiliki massa besar di setiap jamannya. Namun mereka kaum yang senantiasa menyalah gunkan atas ‘shaad’ yang di amanahkan atas mereka itu.

Dan orang-orang yang di atas A'raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfa'at kepadamu". (QS. 7:48)

Kita akan (hanya) sedikit saja mengambil pelajaran dari orang-orang yang diberikan shaad ini, sebab kejadiannya, banyak dari  mereka, malahan berpaling. Kisah-kisah para pemimpin, para Raja, para kaum yang berkuasa di dalam Al qur an adalah menceritakan perihal ini. (Yaitu) orang-orang yang sudah diberikan kelebihan shaad kepada mereka, namun mereka akhirnya menyekutukan Tuhan mereka. Membunuhi para nabi yang berusaha mengingatkan mereka akan hal ini.

Hukum alam dalam formulasi

Pernahkah kita bayangkan sebelumnya, jika uranium adalah salah satu materi yang memiliki shaad ?. Berapa banyak saja materi-materi yang tidak kita ketahui yang di dalam dirinya telah termuat ‘shaad’. Pernahkan terbayangkan juga bahwa emas, intan, berlian dan semua perhiasan lainnya,  adalah materi-materi yang memiliki ‘shaad’. Adalah sebuah kekuatan yang mampu menarik ‘miim’.

Kekuatan ‘cahaya’ yang berasal dari Alif, menjadi energy dan informasi, kemudian mengalami difraksi, menjadi kekuatan-kekuatan lainnya, semua kekuatan tersebut memang di maksudkan untuk menarik ‘perhatian’ miim, agar dengan ‘kekuatan’ yang ada pada diri meerka sang ‘miim’ tetap berada di dekat mereka. Itulah sunatullohnya. 

Sayangnya ‘shaad’ yang di berikan kepada suatu kaum, suatu golongan, kepada perseorangan, kepada ilmuan, kepada kaum cendikia, kepada raja dan lain sebagainya. Banyak yang membuat mereka lupa dan sombong. Mereka berbuat aniaya, berbuat merajalela, sehingga karenanya diturunkan para nabi untuk mengingatkan mereka semua.

Perhatikanlah di sepanjang surah Al araf ini, banyak dikisahkan para Nabi dan Rosul yang diutus untuk mengingatkan kaumnya masing-masing , dari Nabi Nuh, Shaleh, Luth, Huud, Syuaib,  Musa dan harun, serta Muhammad. Kesemuanya di maksudkan agar manusia-manusia yang diberikan kelebihan ‘shaad’ mereka menunaikan amanah ‘shaad’ yang dimilikinya untuk kemuliaan akhlak manusia itu sendiri.

Merekalah kaum yang di berikan ‘shaad’, yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan masa, dalam mempengaruhi mansuia  lainnya.  (Yaitu) dengan ‘shaad’ ini mereka memiliki ‘daya’ agar manusia lainnya, tunduk dan  senantiasa mengikuti kemauan mereka. Bahkan diantara mereka juga memiliki ‘shaad’ yang mampu membangkitkan energy alam. Padahal sesungguhnya ‘shaad’ yang dimilikinya harus di gunakan untuk mengajak umat manusia menyembah kepada Allah.  

Dan ingatlah olehmu di waktu Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum A'ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah maka ingatlah ni'mat-ni'mat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (QS. 7:74)

Banyak sekali hal yang kita bisa eksplorasi dari pemahaman ‘shaad’ ini. Dari yang paling sederhana hingga yang paling ekstreem. Apa yang dikisahkan di dalam Al qur an nyatanya banyak yang sudah bisa di wujudkan di era tekhnology sekarang ini. Jika kita pernah melihat film ‘Iron Man’. Dari manakah Iron Man mendapatkan energynya ?.

Sebuah terobosan pemikiran yang menurut penulis luar biasa. Ide membuat sumber energy dari system sebagaimana bekerjanya bumi. Bumi (seakan) di mampatkan di buat miniaturnya dalam sebuah Bola Kristal, di dalamnya ada kutub utara dan selatan magnet. Bola Kristal ini mampu berhubungan dengan alam semesta, yang diatur dari dalam dada manusia (si Iron Man). Ketika kutub utara dan selatan diatur sedemikian rupa terjadi perbedaan tekanan maka akan ada pergerakan angin yang dapat di gunakan untuk energy, semua terjadi melalui bola Kristal ini. Wow…fiksi ilmiahkah ?. Semisal itukah nanti manusia akan menciptakan alternatif energynya ?. Mungkin saja, sebab semua energy dan informasi berasal dari Alif, yaitu cahaya itu sendiri. Cahaya tersebut akan memeberikan informasi bagaimana system energy di alam semesta di tata laksanakan. Wolohualam.

Silahkan sidang pembaca memaknainya. Perrnahkah kita pikirkan bahwa Hp adalah permisalan seperti itu. Dahulu manusia mampu berkomunikasi dengan ‘batin’. Melalui ruang “thaa’ kepada mansuia lain, di sebrang benua lain. Melalui pengolahan jiwa (miim), yang disamakan frekuensinya. Sekarang ini cukup dengan 500 rb, kita sudah mampu berkomunikasi jarak jauh. Sebuah terobosan tekhnology, yang memang di fasilitasi di dalam Al qur an itu sendiri.

Makna hakekat symbolisasi di dalam Ayat Al qur an senantiasa bermakna ganda, baik petunjuk untuk keselamatan manusia di akhirat, yaitu bagaimana manusia seharusnya mengolah ‘miim’ untuk menuju kepada ‘Nun’, (untuk bahasan ini akan di perdalaman dalam kajian symbol Amin), ataupun untuk keselamatan dan kesejahteraan manusia itu di dunia. Symbol-symbol yang bila mampu di ungkapkan akan menjelaskan bagaimana system bekerjanya energy, sehingga dengan pemahaman tersebut, manusia mampu memanfaatkan energy alam semesta yang ‘reversible’, energy yang ramah lingkungan. Sebagaimana angin yang bertiup di alam semesta ini. Sebagaimana matahari yang bersinar di bumi ini. Walohualam bisawab.



Salam
arif
  

Komentar

  1. Asskm....mhn ikhlasnya kajian - kajian yang ada yang kopi untuk saya baca dan bukan untuk dikomersilkan...mudah-mudahan ada manfaat dan faedahnya... kpd mas arif smg allah memberkahinya...

    BalasHapus
  2. Silahkan mbak, diperbanyak juga tidak apa-apa, semua ilmu dari Allah, jika bermanfaat maka hanya Allah yang memberikan kemanfaatan.

    salam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali