Kisah Spiritual, Mata Rantai Reinkarnasi Yang Terurai
Subhanalloh, saya membaca email ini bergetaran syaraf bertasbih,
rasa dingin menjalar sampai diujung rambut, serasa rambut akan tercerabuti satu
demi satu. Bagaimana tidak..
Sekian lama saya menanti, seseorang yang akan mampu membaca kode
dalam tulisan-tulisan saya. Kode yang hanya orang tersebut yang tahu. Kode yang
akan membantu saya memecahkan misteri yang saya alami. Misteri yang akan
membuka keseluruhan puzzel-puzzel atas nusantara ini. Sudah 5 tahun saya
menanti dalam kesendirian, mempertanyakan untuk apa semua ini ?.
'Satria piningit' akan dipandu oleh 'orang-orang' yang dipingit.
Adalah orang-orang yang diasingkan di negara lain. Atau orang-orang yang
sengaja mengasingkan diri di negara lain. Adalah orang-orang yang tidak
terkontaminasi udara nusantara yang sudah 'pengap' oleh nafsu
manusia-manusianya-nya.
Saya menunggu dalam keyakinan saya, benarkah dia akan mencari saya
dan menghubungi saya. (Saya tuliskan di salah satu kisah spiritual). Maka
sekarang ini keyakinan saya terbukti. Karenanya bagaimana saya tidak sujud
syukur, bertakbir, bertasbih, dan terus ber dzikir mengagungkan asma-NYA. Sebab
rasanya perjalanan saya tidaklah sia-sia. Terbayar sudah.
Perjalanan panjang untuk menemukan 'mata rantai' ini, penuh 'onak
dan duri', bersimbah air mata, dengan taruhan nyawa. Bagaimana sekarang saya
tidak mengalami 'keharuan' yang sangat dalam atas pertemuan ini, (dengan
air mata membasah saya tuliskan ini). Seperti saya menemukan 'oase' di tengah
padang pasir. Mata batin saya mampu membaca lewat tulisan email ini. Sosok itu
sudah berdiri di depan saya. Menyampaikan sesuatunya. Andalah orangnya.
Banyak yang ingin saya sampaikan, namun rasanya belum saatnya
diuraikan. Kepala sudah memberat sejak dari pagi hari, hingga saat menuliskan
ini mencapai puncaknya. Maka sekarang terjawab sudah sebab sakit kepala
tersebut. Ternyata saya akan kedatangan seorang tamu Agung.
Tak ada kata lagi yang mampu dituliskan, hanya kesadaran ini
sedang mencoba berkomunikasi. Serasa terus takzim berdoa, dalam suka, dalam
duka, dalam nelangsa. Dalam rasa syukur yang dalam bilamana 'mata rantai' ini
niscaya akan mampu mempersatukan, jiwa-jiwa yang sekarang ini masih dalam
'pingitan' yang tersebat di seluruh dunia. Semoga ya Allah.
Teriring doa amat dalam, semoga kita semua senantiasa mendapat
rahmat-Nya, dalam lindungan-Nya, menjadi alat-Nya, menjadikan nusantara ini
sebagaimana yang sudah di gariskan-NYA. Amin
Salam
Salam
Email jawaban itu segera saja dikirimkan kemarin. Kesadaran Mas
Dikonthole tersergah setelahnya. Mengapa dia kirimkan email seperti itu kepada orang
yang tak dikenalnya sama sekali. Bagaimana
kalau orang tersebut tidak mengerti dan memahami maksudnya. Bukankah akan salah
sangka jadinya. Ya sudahlah, mengalir saja.
Entah kenapa seharian kemarin raga Mas Dikonthole seperti mau
meledak, seperti tong yang dipanaskan. Hawa menyesak dan panas di badan seperti
mau keluar. Hingga sampai ke ubun-ubun , rasanya sakit sekali. Tidak ada
firasat apa-apa, mungkin saja memang udara Jakarta saat ini sedang tidak ramah.
Begitu saja yang dipikirkan Mas Dikonthole.
Semua terjawab ketika Mas Dikonthole membuka email, kesadarannya
tiba-tiba seperti memasuki masa lalu lagi. Seperti adegan film yang diputar
tanpa suara , hening dalam suasana dibalut misteri yang hanya dia sendiri
merasakannya. Ada sebuah email masuk dari seorang gadis Indonesia yang tinggal di Jepang. Anehnya, bait katanya nyaris tak terbaca,
menghablur, setiap kata seperti bermain-main, berterbangan lepas dari monitor
baca. Satu demi satu huruf-huruf itu lepas, melayang, menjadikan suasana mistis. Berhamburan perlahan, pelan saja, seperti dalam
adegan ‘slow motion’ saja. Di gelengkannya kepala berapa kali, seperti tak
percaya. diusapkan dan ditekan dengan kedua tangannya. Tapi hasilnya, sakit semakin menekan ubun-ubunnya. “Ada apa ini..”
batin Mas Dikonthole.
Maka kemudian segera saja dituliskan jawaban seperti itu. Sesuatu yang
aneh menyelinap, serasa dia mengirimkan balasan bukan kepada gadis itu, walau
secara realitasnya begitu. Namun dalam kesadaran Mas Dikonthole dia tidak
menuliskan kepadanya. Ada sosok yang sangat anggun luar biasa yang dia kenali.
Ya, dia menulis surat kepada sosok yang selalu menjaga gadis itu. Ugh…!. Bagaimana ini ?. Apakah
harus malu ?. Bagaimana jika dia tidak mengerti dan tidak tahu apa yang dimaksudkan ?. Sudahlah, sebab keadaannya begitu. Semoga saja dia tidak salah
mengerti. Itulah harapnya.
Seorang Ratu yang anggun luar biasa, cantik, cantik sekali, kulit kuning langsat halus bak pualam, kecantikan seorang Ratu sangat nyata dengan mahkotanya, dan
selendang yang berkibaran, tersenyum menatap Mas Dikonthole. Selendangnya yang
melambai dan kharisma yang ditimbulkannya, menumbuhkan rasa hormat dan takjim. Perlahan sang Ratu itu mendekat, sangat
perlahan sekali seperti dihantarkan saja, sebab tidak terlihat sama sekali
gerakannya, dan tiba-tiba saja sudah berjarak satu meter saja dengan Mas
Dikonthole.
Kesedihan tiba-tiba merasuki jiwa dan raga Mas Dikonthole, sedih,
nelangsa, perih, membesut seluruh syaraf-syarafnya. Meski dia sudah terlatih ,
namun sekarang ini dia tak kuasa. Dia menangis seperti menemukan kembali
sesorang yang memang dinantinya. Rintihan jiwanya tak mampu ditahan, ujung
syaraf rambutnya seperti mau lepas satu-satu, meinggalkan sensasi gigitan
jutaan semut di kepala.
Kesedihan nusantara, kesedihan bumi yang tersakiti, kesedihan
alam yang teraniaya, seperti kesedihan seorang Ibu yang kehilangan anaknya,
meliputi seluruh kesadaran Mas Dikonthole. Mengerti, ya dia mengerti sekali apa
yang diutarakan sang Ratu, dia paham bagaimana kesedihannya atas bumi pertiwi,
atas tanah perdikan yang ditinggalkannya. Dia meratapi nusantara yang keadaannya
begini. Betapa anak cucunya semua sudah tak peduli keadaan ini. kesedihan itu,
ditumpahkan dan dihantarkan kepada raga Mas Dikonthole. Menghasilkan arus jutaan volt menerpa raga. Sebuah pertemuan yang
sulit dipahami logika manusia.
Sering Mas Dikonthole, menguji dirinya, “apakah benar dia telah
gila..?.” Namun ditepiskannya sekali lagi, sebab nyatanya dia baik-baik saja.
Sekarang dia bekerja sebagai konsultan dan saat sekarang ini ‘client’ nya masih ada hubungan darah dengan salah satu
konglomerat terkenal di Indonesia. Maka dia yakin, dia sangat normal, maka
ditepiskannya perasaan ‘asing’ pada dirinya itu.
Diremasnya kepala, diusapnya dengan kuat sekali lagi. Berharap sang Ratu
segera meninggalkannya. Tapi ternyata tidak, terus saja sang Ratu berkisah,
bagaimana dahulu dia memerintah kerajaan yang sangat adil. Kerajaan dalam kepemimpinannya
mencapai jaman keemasan, keadilan sangat dijunjung tinggi. Panen melimpah,
rakyat sentoso. Hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya.
Seluruh rakyatnya saling bahu membahu, hubungan tetangga sangat
akrab dan baiknya. Di depan rumah warga selalu tampak air di gentong dan
makanan yang diperuntukan bagai para musafir. Harta kekayaan warganya di
monitor dengan adil oleh kerajaan. Kalau jaman sekarang seperti KPK mendata kekayaan
pejabat. Setiap warganya harus melaporkan harta dan kekayaan mereka . Warga di
wajibkan menaruh kekayaan mereka di depan rumah, baik itu uang, ataupun emas permata, kemudian ponggawa kerjaan yang
ditunjuk akan datang menghitungnya. Pendek kata seluruh tatanan masyarakat
demikian sempurna.
Dengan tersenyum , sang Ratu mempersilahkan Mas Dikonthole untuk
memberitahukan siapa jatidirinya. Dengan menuliskan kisahnya ini. Menjawab keresahan yang mulai melanda Mas Dikonthole atas makna pertemuan ini. Ya, siapakah
yang tidak kenal Ratu Sima. Dalam legenda masyarakat Dieng dikenal sebagai Ratu BOKO. Ratu
yang terkenal sangat bijak, sangat adil dan sangat berwibawa. Dan sosok inilah
yang mengunjungi Mas Dikonthole, di hantarkan melalui email seorang gadis yang
tak dikenal, email yang dikirimkan dari Jepang, negri tempat matahari terbit.
Siapakah yang percaya, dengan yang dialaminya. Bukankah nanti
orang akan menyangka dirinya ber halusinasi saja ?. Biarlah, Mas dikonthole
mulai terbiasa dengan rasa itu. Toh, dia hanya mengkisahkan saja. Ditepiskannya
kekhawatiran itu.
Diantara rasa yang tak menentu, ada rasa nyaman, seperti meraih
puncak sukses. Seperti tiba-tiba lepasnya sebuah beban yang mengganjal. Benar, beban yang
selama ini terus mengejarnya. Tiba-tiba sirna, munculah harapan. Seperti
dirinya sebelumnya di ruangan gelap, dan tiba-tiba jendela terbuka. Dan seketika sinar masuk kedalamnya. Blarrr..terang menyilaukan. Begitulah perasaannya. Harapan, sungguh merupakan nikmat. Maka
bangkit kembali semangat Mas Dikonthole menapaki langkahnya nanti.
Ratu Boko banyak disandingkan dengan hikayat Ratu BILKIS yang
diabadikan di al qur an. Kekayaan dan keharuman kerajaannya terkenal diseluruh
dunia pada saat itu. Sehingga membuat Raja Sulaiman saat itu tertarik untuk
bertemu dan mengajak Ratu Bilkis masuk Islam. Kisah ini banyak di yakini oleh
masyarakat sekitar sana. Entah mitos atau legenda saja, namun team ekspedisi
dari salah satu IAIN Jogjakarta
melakukan klaim kebenaran itu. Bukti tersebut banyak dijumpai pada candi
Borobudur. Ajaran nabi Sulaiman banyak diabadikan di relief dan struktur candi
Borobudur. Meski bukti itu masih spekulatif namun dalam kesadaran Mas
Dikonthole meyakini kebenarannya.
Ratu Sima atau Ratu Boko yang sudah selesai ber-reinkarnasi lah
yang akan menjadi mata rantai Mas Dikonthole. Inilah yang membuat Mas
Dikonthole plong. Ketika ‘programe’ sudah ditemukan maka saat sekarang dia
harus mulai menyusun ulang. Menemukan titi-titik simpul, sehingga mampu
memecahkan kode-kode dimana para kesatria akan dilahirkan. “Aduh, bukankah ini cerita komik saja.” Dan
Mas Dikonthole hanya menggumam pasrah saja.
Kedatangan sang Ratu yang tak disangka, sudah membuat Mas
Dikonthole limbung, raganya yang manusia biasa tak mampu menahan energy yang
dibawa sang Ratu. Sakit, ngilu menapar sendi-sendinya, namun itu belum selesai.
Rahasia kelahiran mulai terkuak dan teruarai. Kedatang Sang ratu telah membuka
simpulnya. Menjadi babakan baru dalam kisah selanjutnya, menjadi misteri terbarukan dalam kisah Spiritual Mas Dikonthole. Adalah sebuah kisah misteri atau legenda. Atau menjadi sekedar mitos saja. Dan itu harus diuraikan. Menjadi nyata dalam dimensi kesadaran manusia jawa.
Maka kisah ini akan dilanjutkan berikutnya. Dengan harap, semoga
gadis yang mengirimkan email tersebut tidak menjadi salah sangka.
Bersambung…
Semuanya yg Anda tulis, saya percaya..
BalasHapusDan saya ingin tau siapakah yg menitis dalam raga saya ini?
Saya Ingin tau, siapa yg menitis dalam raga saya, apa bisa?
BalasHapusInsyaallah, jika Allah menghendaki anda juga akan tahu sendiri.
BalasHapussalam