Kajian Al Nafs 1, Kuda Perang (yang) Berlari Kencang (1)
Karakter sang KUDA
Telah kita ulas dalam kajian pembuka, problematika umat dalam dimensinya.
Benturan peradaban dan realitas kehidupan yang melingkupinya,
mengakibatkan bauran kesadaran yang sulit di pahami bagi jiwa-jiwa
manusia. Bagaimanakah memahami kebutuhan manusia akan materi dan juga disisi
lainnya yaitu kebutuhan manusia akan spiritual. Kesulitan manusia dalam
memahami realitas hidup yang terpampang di hadapanya telah menghijab sang jiwa
untuk menuju Tuhannya. Realitas hidup manusia bagi jiwa-jiwa mereka adalah apa
yang nampak di hadapan mereka sehari-hari. Manusia sulit sekali memahami bahwa
realitas hidup manusia sesungguhnya adalah kehidupan nanti di akherat. Sulitnya
memahami dualitas dunia dan akherat telah menjebak diri manusia kepada
kekafiran. Maka al quran selalu mengingatkan kepada umat Islam agar yakin akan
adanya dunia akherat. Manusia harus yakin akan adanya dualitas pemahaman yaitu
bagaimana memahami mana yang realitas dan manakah sebenarnya yang ghaib.
Kemudian selanjutnya bagaimanakah menentukan realitas dan keghaiban bagi jiwa
mereka. Yang manakah yang lebih di prioritaskan bagi jiwa mereka.
Mana yang lebih real bagi jiwa mereka apakah dunia dengan segala
dinamikanya ataukah akherat ?. Masing-masing diri harus mampu menetapkan
prioritasnya, membuat keseimbangan pemahaman dalam diri mereka masing-masing
agar tidak menjadi galau saat berhadapan dengan benturan peradaban dewasa ini.
Untuk itulah al qur an di turunkan. Agar mereka mampu memahaminya, agar mereka
tenang menghadapi peperangan mereka sendiri, baik dalam realitas hidup maupun
dalam realitas yang tersembunyi di dasar hati mereka masing-masing. Setiap diri
harus memiliki karakter KUDA PERANG, sebagaimana di isyaratkan dalam Al quran
surah Al ‘adiyat, yang menjadi tajuk dalam kajian ini. KUDA-KUDA PERANG YANG
BERLARI KENCANG. Adalah karakter jiwa muslim yang perkasa, tak mengenal takut
dalam menghadapi peperangan mereka sendiri. Peperangan dalam memaknai
realitas dunia dan akherat. Peperangan dalam menentukan prioritas hidup dunia
atau akherat. Prioritas dalam menentukan pilihan hidup beriman ataukah kafir.
Agar mereka tenang, puas dan ridho telah di pilih Allah menjadi khalifah
(manusia) di muka bumi ini.
Marilah kita mulai saja kajian ini, mengambil setting jiwa manusia. Jiwa
manusia yang laksana KUDA. Bermacam-macam jenis KUDA dengan macam pula watak
dan tabiat mereka masing-masing. Karakter sang KUDA yang menggumuli bersama
galau manusia atas realitas kehidupannya sehari-hari. Karakter Kuda perang yang
gagah perkasa, tak kenal takut, pantang menyerah, atau Kuda liar yang sulit
dikendalikan, atau juga Karakter sang Kuda Poni yang manis manja, dan
masih banyak pula jenis Kuda-kuda lainnya, dengan tabiat, sifat dan watak dan
karakter mereka masing-masing tentunya. Bagaimanakah semua karakter
tersebut dalam tapak-tapak takdir mereka masing-masing. Sebegitu
kuat karakter sang Kuda Perang. Bagaimanakah itu ?. Mengapakah Allah
menhgambil sumpah atas karaketr sang KUDA PERANG ?.
Demi Sang Kuda perang, berlari kencang terengah-engah
Dan Kuda yang memercikkan bunga api (dengan pukulan kuku kaki-kakinya)
Dan Kuda yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi
Sehingga menerbangkan debu
Lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh
Sungguh manusia itu sangat ingkar
(tidak bersyukur) kepada Tuhannya
Dan sesungguhnya manusia
menyaksikan (tahu) keingkarannya
Dan sesungguhnya cintanya kepada
harta benar-benar berlebihan
Maka tidaklah dia mengetahui
apabila apa yang di dalam kubur di keluarkan
Dan apa yang tersimpan di dalam
dada di lahirkan
Sungguh, Tuhan mereka (pada hari
itu) Maha teliti terhadap keadaan mereka itu
(QS. Al-Adiyat 1-11)
Begitu perkasa, begitu kuat karakter sang Kuda Perang. Karakter yang
mewakili kuatnya keimanan seseorang. Begitulah ditampilkan di jelaskan
perumpamaan keimanan manusia, atas dualitas jiwa manusia, Jiwa manusia yang
telah memahami Islam dan mendapatkan hidayah Allah, adalah sebagaimana
perumpamaan Kuda Perang ayat 1-5. Semisal halnya dengan karakter dan watak sang
Kuda Perang tersebut. Bayangkanlah kegagahan mereka, keyakinan mereka,
keberanian mereka, langkah mereka yang menderap memercikan api dan menggulung
debu ke angkasa, tak ada satupun yang mampu menghalangi jalan mereka. Begitulah
jiwa mereka, begitulah keimanan mereka. Merekalah jiwa-jiwa yang mampu meniti
takdir kehidupan mereka itu dengan semangat membaja tidak kenal kata takut.
Merekalah jiwa-jiwa yang berani hidup. Merekalah jiwa-jiwa yang siap berperang
melawan hawa nafsu , dengan pukulan mereka yang memercikan api, menakuti jin ,
syetan dan Iblis yang melingkupi diri dan dalam hati mereka.
Merekalah yang menerbangkan debu saat pagi dengan derap kaki mereka.
Langkah menderap dengan sigap melaksanakan tugas khalifah di muka bumi ini.
Merekalah wali-wali Allah. Merekalah manusia yang tidak pernah
bersedih hati. Mereka menerjang, berlari, menyerbu kumpulan musuh, tak peduli
banyak diantara musuh mereka adalah para jin, syetan, iblis, bahkan
manusia itu sendiri. Tidak ada kata takut, sekali berarti setelah itu mati.
Tidak ada keraguan, semua berbekal keyakinan keimanan atas kehendak-NYA. Atas
TAKDIR yang melingkupi diri mereka. Atas QODHO DAN QODAR. Mereka yakin DENGAN
NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG. Semua adalah atas nama kasih
sayang-NYA.
Sama saja bagi mereka. Dualitas
apapun dalam dimensi pemahaman manusia bagi mereka sama saja. Sebab bagi
mereka, kemanapun wajah mereka menghadap disitulah ada Allah. Disisi sebelah
manapun mereka bergerak dan menginjakkan kaki disitulahkasih sayang Allah. Semua keadaannya hanya kasih sayang Allah karenanya. Dalam kesadarannya hanya ada ALLAH, ALLAH dan
hanya ALLAH. Karena itu apapun rintangan yang menghadang di depan mereka,
tak pernah menyurutkan derap langkah kaki mereka. Tak surut kaki
selangkahpun meski badai menerjang mereka dari muka dan belakang mereka. Begitu
kuatnya keimanan mereka. Begitulah karakter sang KUDA PERANG.
Luka, senang, sedih, bahagia, sama saja, semua adalah kasih sayang-Nya
semata. Maka mereka terus menderap, memercikan api dari kuku mereka,
menerbangkan debu di sekelilingnya, dengan sigap maju ke medan pertempuran.
Pertempuran yang maha dahsyat. Pertempuran melawan nafsu pada diri mereka
sendiri. Pertempuran dalam dimensi dualitas manusia. Mereka di lahirkan untuk
siap dalam setiap peperangan sebagaimanapun keras dan dahsyatnya perang
itu, tak surut kaki dan derap mereka. Itulah karakter sang Kuda Perang.
Karakter pembeda
Namun di sisi sebaliknya, di jelaskan adalah jiwa manusia yang
begitu ingkar. Begitu pongahnya manusia atas keadaan yang sesungguhnya
kejadiannya adalah hanya berkat rahmat-Nya semata. Hanya rahmat-Nya
semata yang menyebabkan sehingga mereka dalam keadaan seperti sekarang ini.
Namun mereka lupa itu, mereka mengingkari keadaan itu. Mereka menutup telinga
mereka atas penjelasan ini. Sungguh kaarakter yang berlawanan dengan karakter
sang KUDA PERANG. Namun begitu, tak luput, sejatinya mereka
sesungguhnya mengetahui bahwa diri mereka itu sebenarnya dalam pengingkaran
atas nama-NYA. Mereka tengah mengingkari Nama Allah yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Mereka sebenarnya menyadari dan tahu itu. Ada Bashiroh yang tahu,
yang memberitahu jiwa mereka. Sayang hijab realitas dunia terlalu kuat, mereka
tak mampu memahami realitas akherat yang sejatinya lebih real. Realitas
akheratlah sesungguhnya realitas yang sejati bagi jiwa mereka. Mereka
telah terhijab, mereka ter cover , mereka telah kafir atas mau mereka sendiri,
dalam kesadarannya sendiri.
Jiwa manusia senantiasa lemah.
Kasih sayang Allah, mereka kesampingkan. Mereka anggap itu adalah usaha mereka
semata, atau kebetulan semata. Mereka tidak pernah ber syukur, mereka berfikir
bahwa apa yang mereka dapatkan (takdir) yang melingkupi diri mereka adalah atas
usaha mereka sendiri. Padahal mereka tahu itu. Watak dan tabiat
mereka ber kebalikan dengan sang Kuda Perang. Mereka penuh keraguan, gamang,
ketakutan, was-was, dan lain-lainnya. Mereka menyimpan galau, ketidak pastian,
ketidak yakinan. Maka tidakkah mereka mengetahui apabila apa yang di
dalam kubur di keluarkan dan apa yang tersimpan di dalam dada di lahirkan.
Malukah mereka ?. Seperti apakah diri mereka ketika itu ?. Apakah
nantinya sama keadaan mereka mereka itu ?. Biarlah nanti toh mereka-mereka akan
tahu dengan sendirinya. Hidup adalah pilihan, maka terserah kepada jiwa manusia
mau beriman ataukah kafir.
Karenanya, menjadi pertanyaan, memiliki karakter seperti apakah manusia
yang mampu membangun realitas takdir mereka sendiri ?. Sehingga jiwa manusia
mampu melihat realitas sejati bagi dirinya. Seperti apakah keimanan mereka ?.
Sebagaimana menjawab ulasan di awal kajian ini.
Mari kita urutkan dari muasalnya. Memahami dimanakah muaranya, apa kaitanya
dan mengapa karakter Kuda Perang menjadi sumpah Allah ?. Dan mengapakah
ulasannya selalu di kaitkan dengan TAKDIR. Untuk apakah memahami takdir
itu sendiri ?. Dan apakah kaitannya TAKDIR, IMAN, KHUSUK, dan TAKWA,
dalam bahasan kita, apakah untuk memahami realitas itu sendiri?..
Ataukah kita perlu memahami itu semua, untuk membentuk karakter kita sebagaimana
karakter sang KUDA PERANG ?. Dan mengapakah kita mesti membangun realitas
takdir diri kita. Apakah agar hidup kita tenang, puas dan ridho ?. Mari
mengalir saja, kita gulirkan saja kajian ini.
Walaohualam..
Marilah kita masuki, insyaallah kajian berlanjut..
Komentar
Posting Komentar