Kajian Mahabbah, Mengenali Jalan Cinta
Kemudian di jual lah kisah itu dengan harga murah. Sayangnya, sejatinya
banyak manusia tak mengenali, apa sebenarnya 'cinta', meski ada namun
sebagaimana hantu penampakanya. Bahkan tak sedikit yang kemudian menjadi
ketakutan bila 'jatuh cinta', munculah 'sinisme'. Untuk apa, dan akhirnya
banyak sekali yang membuat 'parodi', romantisme anak manusia yang di landa
demam cinta seperti itu.
Kisah cinta banyak dianggap sebagaimana nafsu manusia, di laknat
dan di jauhi. Apalagi bila disandingkan dengan kisah-kisah para resi
dan rahib yang berpantang kawin. Kisah para ksatria yang menyepi menjauhi
duniawi. Bertapa menjadi pilihan spiritual di jaman dahulu. Bahkan menjadi
'trend' manusia masa kini, mereka menyiksa dirinya sedemikian rupa. Pemahaman
seperti ini di kembangkan manusia menjadi aliran dan sekte di banyak agama,
dalam bentuk dan manifestasi yang berbeda.
Sayang sekali pemahaman seperti ini menafikan sifat dasar manusia
untuk mencintai dan di cintai, pemahaman seperti ini mengingkari kebutuhan
manusia akan kasih sayang. Mereka selanjutnya mengharamkan perkawinan. Mereka
anggap baik perbuatannya itu. Sungguh mereka lupa, bahwa pada diri Rosul
terdapat teladan yang sempurna. Apakah para nabi dan Rosul memberikan contoh
untuk menjauhi 'cinta' antara dua manusia ...?.
Mereka para nabi dan rosul, serta para orang sholeh, kawin
layaknya manusia biasa. Mereka tidaklah bertapa. Mereka memahami cinta dan
memahami nafsu. Mereka memohon perlindungan kepada Tuhannya dari pada nafsu
yang tidak di ridhoi, bukan menjauhi atau malahan mengabaikannya. Karena
sesungguhnya manusia masih memerlukan cinta dan nafsu itu untuk menjalani
kehidupannya. Sebagaimana doa Nabi Yusuf, dalam paparan kisah yang sudah di
tampilkan di muka.
Dari sisi sebaliknya, memprihatinkan kejadiannya, jikalau
betul memang ada cinta (baca; kasih sayang) dalam diri manusia, tentunya
manusia di muka bumi ini tidaklah seperti ini ...?. Faktanya kekerasan
dimana-mana, masih dengan atas nama cinta. Mulai dari perselingkuhan, hingga
pelacuran ibukota. Belum lagi peperangan, dan kekerasan seksual lainnya.
Dimanakah cinta kemudian berada..?. Benarkah mereka mengatas namakan 'cinta' ?.
Slogan cinta dari Lelaki kepada wanita, dari ibu kepada anaknya, dari
Pemerintah kepada rakyatnya, dan sebagainya. Hidup menjadi seperti fragmen
buta. Tak nyana hasilnya, manusia terengah-engah memaknainya.
Apakah masih ada rahsa kasih sayang (baca; cinta) pada anak
manusia dewasa ini..?. Cinta manusia kepada alam sekitarnya, kepada lawan
jenisnya, kepada ibu bapaknya, kepada makhluk lainnya, baik yang nampak atau
tak nampak yang di kenalnya atau tak di kenalnya, dan lain-lain sebagainya,
masih banyak daripada itu. Adakah manusia lupa bahwa sejatinya
mereka menyandang nama Tuhan di muka bumi ini.
Bahwa Tuhan mereka
adalah Dzat yang penuh dengan CINTA, adalah Dzat yang mensifati dirinya dengan
sifat ar rohman dan ar rohiem, Dzat yang Maha pengasih dan Maha Penyayang.
Sifat kasih sayang (baca; Cinta) adalah sifat yang mendasari di ciptakan
mahluk-mahluk NYA. DIA menciptakan makhluk-Nya dalam liputan kasih sayang NYA.
Agar manusia dan bersama makhluk lainnya saling mengenal dan ber kasih sayang.
Bersama bertasbih mengagungkan Asma-NYA. Memahami kekuasaan NYA. Maha besar
Allah yang maha pencipta maha tinggi segala perbuatannya. Maka ketika
dipergilirkanlah rahsa kasih itu, rahsa sayang itu kepada hamba-hamba-NYA,
Bagaimanakah manusia menceritakan dan mengkhabarkan kepada lainnya..?. Manusia
mengalami kesulitan untuk meng khabarkan cinta.
Atas dasar cinta kasih,
di ciptakan-NYA alam semesta ini. Mengapa kemudian kejadiannya jadi seperti
sekarang ini..?. Hh. hh.. Maka cinta adalah selembar kertas putih
yang di sediakan oleh yang Maha Pengasih dan Penyayang, terserah bagaimana
manusia menyikapi dan bagaimana manusia akan menuliskannya. Maka layakah kita,
manusia menuliskan CINTA..?. Bagaimanakah kemudian memilihnya, jika di hadapan
kita ada dua jalan..?. Kebaikan dan kejahatan, semua atas nama cinta..?. dan
bagaimanakah membedakannya ?. Manusia senantiasa, mengatas namakan Dzat Yang
maha Pengasih dan Penyayang..?. (Setiap perbuatan selalu di awali
dengan ucapan Bismillah hi rohmanir rohiem ). Benarkah mereka mengatas
namakan Allah dengan ke maha kasih dan sayang-NYA..?. Di sisi
manakah diri kita..?.
Ketika manusia harus
memilih (?)
Ketika manusia mencoba memilih keyakinannya, apakah yang
terjadi..?. Keyakinan seseorang tanpa di sadarinya, akan mlahirkan
tampilan wajah manusia tersebut, apakah menjadi garang, menjadi gahar, teduh,
lembut, ataukah tampilan ramah lainnya. Bagaimana tampilan penganut keyakinan
antara satu dan lainnya ?, mungkinkah dapat kita amati perbedaannya
?.
Bila kita kaji contoh yang lebih sederhana lagi, misalnya
senyuman. Meski terlihat sama tampilan sebuah senyuman, namun kita sering
merasakan suatu perasaan yang berbeda. Dalam ungkapan rahsanya. Baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Semua akan muncul pada rahsa
di jiwa manusia tersebut. Senyuman di gerakan oleh sebuah daya. Jika misalnya
daya berasal dari Allah biasanya akan muncul rahsa sambung, atau terasa
nyaman dengan senyuman tersebut bagi lawan bicaranya. Bagi dirinya sendiri akan
mengalir daya yang sering kita kenali sebagai ikhlas. Nah..kalau begitu
bagaimanakah memilih suatu keyakinan yang mampu menumbuhkan sifat kasih sayang,
yang menumbuhkan apa yang di katakan menjadi manusia yang rahmatan
lil 'alamin?. Manusia yang muslim sejati..?.
Memang belumlah tuntas mengkaji semua daya, menarik untuk di kaji
lebih jauh, bagaimana implementasinya (?). Bagaimana ketika manusia
di hadapkan kepada suatu pilihan, bagaimana relevansi dan peranan daya
selanjutnya atas pilihan-pilihan manusia..?.
Manusia kelihatannya, seakan-akan, sepertinya mampu membuat
pilihannya, kemudian mereka memilih jalannya sendiri dengan akal dan
logikanya. Manusia juga seolah-olah, dibuat untuk seakan akan mampu
memilih diantara dua pilihan jalan tersebut yaitu jalan kefasikan dan
ketakwaan. Bukankah begitu..?. Dan begitu pulalah yang sering di
dengungkan..?. Benarkah manusia itu sendiri yang memilih jalan ketakwaan itu
sendiri..?. Bagaimana memilihnya..?.
Bukankah setiap manusia fitrahnya akan selalu mencari dan memilih
jalan ketakwaan ?. Adakah yang keinginannya dengan sengaja memilih
jalan kefasikan..?. Kalau begitu bagi manusianya sendiri, bagi dirinya,
keinginannya tentunya, adalah hanya memilih jalan ketakwaan bukan..?. Nah loh
!, Namun bagaimana kenyataannya?, bagaimana kesudahannya ?.
Bagaimana dengan pilihan-pilihan manusia yang kasat mata kita lihat dewasa
inI..?.
Benarkah mereka memilih jalan ketakwaan ?. Kok hasilnya di
Indonesia yang mayoritas muslim malahan seperti ini, korupsi, kekerasan,
pelacuran, perselingkuhan, dan penyakit masyarakat lainnya semakin merajalela..?.
Hayo..!. Ataukah semua hanya merasa ke PeDe an saja..?!?. Ups..!. Karena
faktanya yang kita lihat dewasa ini adalah kekerasan dan kekerasan lagi, di
setiap level masyarakat kita. Kenapa teologi Islam belum mampu merubah tatanan
masyarakat kita..?.
Hidup adalah pilihan.?. (Apakah cinta juga pilihan..?). Banyak
sekali persepsi ini memasuki alam pikir kita..Bilamanakah kita harus memilih
hidup dan bisakah ?. Disusupkan kepada jiwa manusia dua jalan; jalan kefasikan
dan jalan ketakwaan ; jalan kebenaran dan jalan kesesatan;.jalan kebaikan dan
jalan keburukan. Sebagaimana dualitas alam semesta dan keberadaanya.
Keberadaan baik dan buruk. Keberadaan Malaikat dan Iblis. Keberadaan siang dan
malam. Keberadaan Senang dan sedih. Dan lain sebagainya. Dan sebagainya.
Katanya manusia di suruh memiilih. Pertanyaannya
adalah, "Benarkah manusia mampu memilih dan membedakan dua jalan tersebut.?". Bagaimana
cara memilihnya. Apakah dengan memilih suatu keyakinan, kemudian manusia
menjadi benar dalam segala tingkah lakunya..?.. Karena faktanya manusia yang
melakukan klaim kebenaran bahwa mereka telah memilih jalan yang
benar, (jalan ketakwaan), nyatanya hasilnya dapat kita tonton di
berita sore ini. Sebagaimana kita lihat, bukankah banyak diantaranya, telah
memiriskan kita umat Islam lainnya. Kalau begitu jalan siapa yang benar..?.
Dia, aku, kau, kami, kita, atau jalan mereka. Kemudian juga
bagaimana kalau kita tidak memilih salah satu jalan mereka..?. Bagaimana
memilih diantara 73 golongan itu, apakah salah satu diantaranya
benar..?!?. Harusnya menjadi tanda tanya besar.
Jalan kesesatan dan ketakwaan menjadi tipis. Manusia menjadi sulit
membedakan lagi. Ada manusia yang dengan lantang menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih nyatanya, membunuhi manusia lain dengan kejam, dan masih banyak contoh
lagi lainnya. Benarkah hidup adalah pilihan manusia itu sendiri..?. Benarkah
manusia itu mampu memilih dan menentukan jalannya sendiri ?.
Bagaimanakah Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memilih jalan
yang benar..?. Fitrah manusia hanyalah ingin memilih satu jalan saja, yaitu
ketakwaan. Kenapa hasilnya malahan kebalikannya ?. Manusia hanyalah mampu
merasa telah memilih jalan yang benar. Bukan kebenaran yang sebenarnya. Setiap
sekte, golongan atau mahzab akan merasa di jalan yang benar dengan
dalil-dalilnya. Jangankan Islam, bagi para pemabuk, dan pelaku maksiat lainnya
mereka juga akan merasa benar perbuatannya dengan alasan-alasan yang mereka
buat sendiri dan mereka meyakini. Lantas bagaimanakah memilih jalan yang
benar..?.
Bagaimanakah memilih salah satu dari 73 golongan yang di tawarkan
kepada kita..?. Salah memilih adalah neraka jahanam akibatnya. Untuk inilah
pilihan ada pada kita untuk hidup. Memilih surga atau memilih neraka di fase
kehidupan berikutnya. Walohualam.
salam
Arif
Komentar
Posting Komentar