Kajian Al Nafs 3, Kuda Perang (yang) Berlari Kencang
Marilah kita
setahap demi setahap mengingatkan dari diri kita sendiri. Semoga pada akhirnya
nanti gelombang energy yang kita paparkan, kehalusan budi ahklak seorang
muslim, mampu mempengaruhi lingkungan dimana kita berada. Tidak perlu
jauh-jauh marilah kita bersama-sama, kita mulai dari hati kita, menata hati
kita, mensucikan jiwa kita. Mengendapkan seluruh rahsa. Memberikan pembeda
kepada lainnya. Menampilkan jiwa muslim sejati, yang ikhlas, yang puas, yang
tenang, yang ridho. Namun mampu fokus, mampu istikomah kuat dalam pendirian,
mampu maju ke medan pertempuran sebagaimana karakter KUDA PERANG.
Yah, kita mulai dari yang terdekat dengan kita, dari hati kita. Hanya dari hati kita. Karena hanya itu saat ini yang kita bisa. Kita bukanlah mereka-mereka yang mengikuti hawa nafsu. Kita bukan mereka. Mereka-mereka yang senantiasa menampilkan arogansi, Jiwa kita adalah jiwa muslim, jiwa yang senantiasa selaras dan harmoni dengan alam semesta. Jiwa yang luas seluas alam raya. Jiwa muslim adalah jiwa yang menjadi rahmat alam semesta ini. Jiwa yang senantiasa mengagungkan kebesarahn Allah. Jiwa yang senantiasa mampu menapaki jalan takdirnya sendiri, berbekal nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Yah, kita mulai dari yang terdekat dengan kita, dari hati kita. Hanya dari hati kita. Karena hanya itu saat ini yang kita bisa. Kita bukanlah mereka-mereka yang mengikuti hawa nafsu. Kita bukan mereka. Mereka-mereka yang senantiasa menampilkan arogansi, Jiwa kita adalah jiwa muslim, jiwa yang senantiasa selaras dan harmoni dengan alam semesta. Jiwa yang luas seluas alam raya. Jiwa muslim adalah jiwa yang menjadi rahmat alam semesta ini. Jiwa yang senantiasa mengagungkan kebesarahn Allah. Jiwa yang senantiasa mampu menapaki jalan takdirnya sendiri, berbekal nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Wali wali Allah
Bagaimanakah
memiliki jiwa yang seperti itu, yaitu Jiwa muslim sejati ?. Pertanyaan kemudian
bergulir. Dalam beberapa kajian di muka, telah kita ulas. Siapakah
wali-wali Allah. Wali-wali Allah adalah orang yang memiliki jiwa muslim sejati.
Merekalah sejati- sejatinya manusia. Merekalah wakil-wakil Allah. Merekalah
yang dapat di sebut sebagai khalifah di muka bumi ini. Sementara yang lain
hanyalah figuran semata. Mampukah kita mengarahkan jiwa kita untuk memiliki
karakter yang seperti itu. Yaitu karakter para wali Allah. Apakah kita orang
awam akan sanggup dan akan mampu memiliki karakter yang demikian ?.
Marilah kita masuki
lebih dalam lagi. Menjawab pertanyaan yang terkadang justru telah kita jawab
sendiri. Jawaban yang lebih sering telah terhijab oleh persepsi kita sendiri.
Persepsi bahwa kita manusia awam tidaklah mungkin memiliki karakter para wali
Allah. Kalau demikian pertanyaannya adalah, untuk apakah Islam di turunkan,
jika tidak diperuntukan untuk itu, yaitu merubah akhlak manusia, menjadi
akhlak para wali Allah ?. Maka marilah kita jangan berkecil hati. Janji Allah
pasti, siapakah yang mencari jalan-Nya, dengan kesungguhan hati, maka Dia akan
menunjukan Jalan-jalan-Nya.
Siapakah wali Allah
?. Bagaimanakah karakter wali Allah ?. Allah telah menjawabnya sendiri;
“Ketahuilah,
sesungguhnya para wali Allah tidak ada rasa takut atas (diri) mereka dan
tidaklah mereka bersedih hati.” (QS. Yunus; 62)
“Yaitu, orang-orang yang beriman dan senantiasa ber takwa “
(QS. Yunus ; 63)
Firman Allah ini
memberitahukan kepada kita, bagaimana jiwa para wali Allah. Mereka tidak ada
rahsa takut, mereka tidak bersedih hati. Marilah kita pahami hikmah ini. Berita
ini tidak main-main, sangat dalam sekali bila kita uraikan satu demi satu.
Siapakah mansuia yang tidak memiliki rahsa TAKUT ?.
Setiap diri takut
akan miskin. Takut kehilangan. Takut kecewa. Takut mati. Takut dianiaya. Takut
hantu. Takut atasan. Takut tak dianggap. Takut salah. Takut sakit. Takut tidak
bisa. Takut tidak dicintai. Takut didatangi penagih hutang (Debt Colector).
Takut ditinggal istri atau suami. Takut diketahui aibnya. Takut akan nasibnya.
Takt akan masa depannya. Takut akan takdirnya. Dan lain sebagainya.
Bermacam-macam rahsa takut yang menggumuli jiwa manusia. Entah sebab apa,
manusia pasti memiliki titik lemah yang membuat dia merasa ketakutan atas
sesuatu. Ketakutan-ketakutan atas sesuatu ini, selalu bermain di dalam
angannya, mempengaruhi gerak jiwanya. Menahannya menuju kepada Allah.
Maka ketika jiwa
yang penuh dengan rahsa takut ini, memasuki millennium baru. Memasuki peradaban
yang sekarang ini. Dipastikan jiwa ini akan mengikuti hawa nafsunya, mengikuti
kecenderungan hal yang menyebabkan rahsa takut tersebut. Jika dia takut miskin
maka dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan.
Bermacam-macam contoh yang dapat kita saksikan di depan mata kita sekarang ini.
Bagaimankah kesudahannya rahsa takut ini bagi jiwa manusia. Ada yang membunuh
dirinya, adanya korupsi, ada yang melakukan kejahatan, ada yang muncul sebagai
arogansi kekuasaan, ada yang menghiba, dan lain sebagainya. Siaft-sifat seperti
ini kemudian menetap, mengkristal menjadi jiwa yang munafik, jiwa yang fasik, jiwa
yang kafir, dan lain sebagainya.
Jika kita sudah
mengetahui hikmah ini. Maka kita harus mengenali rahsa takut kita.
Mengarahkannya kepada Allah. Allah akan mengajarkan kepada kita bahwa rahsa
takut sejatinya hanyalah bermain diangan-angan mansuia saja. Manusia akan
belajar atas rahsa takut ini. Ketika kita di datangi debt collector, ketika
jiwa kita sudah kita pasrahkankepada Allah. Maka kita menjadi heran sendiri,
ternyata debt collector orangnya baik sekali. Jauh dari anggapan kita. Ketika
jiwa kita sudah mengambil arah yang benar , keyakinan yang benar bahwa segala
sesuatu terjadi atas ijin Allah. Bahwa Allah bersumpah atas dirinya bahwa
Dialah Dzat yang MAHA PENGASIH dan MAHA PENYAYANG. Dan ketika kita meyakini ini
dengan keyakinan yang utuh. Semua ketakutan kita menjadi tidak beralasan lagi.
Karena kita sudah dalam keyakinan bahwa apapun yang menimpa kita, apapun
yang terjadi disana, Allah tengah memberikan kasih sayang-NYA.
Pada contoh rahsa takut kepada debt collector tadi, ternyata debt collector datang malah ingin membantu dirinya, bukan untuk menakut nakuti. Terjadilah silaturahmi lebih jauh, membawa rejeki tersendiri. Apa yang dia bayangkan ternyata tidak terjadi, justru banyak hikmah yang dia dapatkan dari kejadian tersebut. Semua tergantung kepada bagaimana keyakinan kita. Alam semesta akan merespon jiwa kita. Energi negatif akan yang kita kirimkan akan menjadikan apa yang kita pikirkan terjadi. Maka yakinlah pada kasih sayang-Nya saja. Jangan pikirkan lainnya. Bermacam-macam contoh dapat kita dapatkan. Dari kehidupan kita sehari-hari. Maka beljarlah kepada Allah. Agar kita diberikan hikmah atas kejadian.
Pada contoh rahsa takut kepada debt collector tadi, ternyata debt collector datang malah ingin membantu dirinya, bukan untuk menakut nakuti. Terjadilah silaturahmi lebih jauh, membawa rejeki tersendiri. Apa yang dia bayangkan ternyata tidak terjadi, justru banyak hikmah yang dia dapatkan dari kejadian tersebut. Semua tergantung kepada bagaimana keyakinan kita. Alam semesta akan merespon jiwa kita. Energi negatif akan yang kita kirimkan akan menjadikan apa yang kita pikirkan terjadi. Maka yakinlah pada kasih sayang-Nya saja. Jangan pikirkan lainnya. Bermacam-macam contoh dapat kita dapatkan. Dari kehidupan kita sehari-hari. Maka beljarlah kepada Allah. Agar kita diberikan hikmah atas kejadian.
Mengenali rahsa takut
Langkah awal dalam
kita mensucikan hati adalah di ajarkan-Nya diri kita untuk mengenali rahsa
takut rahsa ketakutan kita sendiri dan kemudian bagaimana kemudian
mampu berkawan dengan rahsa takut tersebut. Tanpa kita mampu
mengenali rahsa takut kita, tanpa kita mampu mengarahkan ketakutan kita. Maka
kita akan selalu gagal dalam mensucikan jiwa kita. Kita akan selalu di hadapkan
kepada dualitas pilihan. Apakah kita takut kepada Allah atau kah kita akan
takut kepada Thogut. Lebih realita manakah kita takut kepada atasan kita yang
nota bene adalah manusia biasa ataukah kepada yang menciptakan manusia tersebut
?. Kita selalu di benturkan kepada realitas dan ghaib. Tuhan adalah ghaib
dan atasan adalah realitas (nyata), dalam anggapan kita selama ini. Maka semua
harus kita uji keyakinan ini. Kembalinya terserah kepada kita apakah akan
menganggap atasan kita lebih nyata ataukah Tuhan yang lebih nyata ?.
Allah lah yang
menggenggam nyawa atasan kita. Dia lebih nyata. Allah lah yang membolak
balikkan hati atasan kita. Maka Dia lebih nyata. Segala gerak atasan kita
atas ijin Allah semata. Maka Dia lah realitas sesungguhnya. Atasan kita tidak
mampu menggerakkan lidahnya jikalau Allah tidak menghendaki. Maka kenapakah
kita bisa tertipu ?. Maka kembali kepada pertanyaan, masihkah kita di
bingungkan anatara realitas dan ghaib ?. Manakah kalau begitu yang lebih real
(nyata). Allah ataukah atasan kita ?. Setelah kita memahami hikmah
ini. Maka apapun yang dilakukan atasan kita terhadap diri kita.
Kita dalam keyakinan, bahwa ada hikmah tersendiri bagi kita. Karena
disana dalam keyakinan kita Allah tengah memberitakan kasih sayang-Nya kepada
diri kita. Melalui perantaraan atasan kita. Begitu juga contoh contoh
lainnya.
Kenalilah rahsa
takut kita. Takutlah kita hanya kepada Allah. Dialah yang mem bolak balik kan
hati kita. Dial ah yang mengenggam nyawa kita. Menggenggam kesadaran kita.
Ketakutan hanyalah bermain di angan-angan manusia saja. Rahsa takut kepada
selain Allah adalah bisikan-bisikan yang di tiupkan syetan dan para sekutunya.
Kenalilah bisikan-bisikan tersebut. Bisikan yang sangat tersembunyi. Bisikan
yang akan dapat kita bedakan jika kita senantiasa mensucikan jiwa kita. Kita
akan mampu mendengar bisikan ini. Kita mampu merahsakannya. Bisikan yang
menimbulkan hawa panas, bagai radiasi, menyebar mempengaruhi jiwa kita.
Ingat saja.
Jika bisikan ini kita hadapkan kepada Allah. Maka si pembisik akan
meronta, akan keluar sering si pembisik keluar melalui pernafasan kita
sehingga kita ber bangkis. Pembisik ini sangat nyata, berjalan diantara aliran
darah kita, di seluruh tubuh kita dia bergerak. Hanya jiwa yang diam yang mampu
mengamati pergerakannya. Karena dari tempat asal dia membisiki ada hawa panas
yang menyebar yang dapat kita kenali. Maka senantiasa jiwa kita harus ber
dzikir, jiwa kita senantiasa harus ingat Allah. Maka Allah akan menunjukan
keberadaan si pembisik tersebut.
Pembisik akan
menggoyahkan keyakinan kita. Keyakianan terhadap (atas) Nama Allah yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Ber hati-hatilah. Maka senantiasa dalam tindakan
dalam ucapkan kita dalam seluruh aktifitas sehari-hari, kita perkuat keyakinan
ini. Kita di minta untuk menambahkan keyakinan kita . Maka dalam pengajaran
Islam, setiap sebelum kita melakukan sesuatu kita di minta untuk mengucapkan Bismillah hirohman nirrohim.
Menjadi niat kita, menjadi dasar penerimaan kita atas hasil apapun yang kita
upaya kan. Dasar penerimaan kita adalah keyakinan kita bahwa Allah pasti akan
senantias melimpahkan kasih sayang-Nya untuk kita. Sebab Allah bersumpah bahwa
diri-Nya adalah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Maka atas
keyakinan ini para wali Allah tidak ada rahsa takut sedikit pun atas hasil
apapun yang dia kerjakan. Atas resiko apapun yang di perbuat, semua dia
kembalikan kepada Allah. Seluruh nafasnya dia kembalikan, seluruh rahsa yang di
punya dia kembalikan, seluruh hidup dan matinya dia kembalikan, seluruh harta
dan kekayaannya dia kembalikan, seluruh sedih duka dan nestapa dia kembalikan.
Maka dia akan berada dalam makom tidak
bersedih lagi atas apapun
yang melingkupi dirinya atas realitas hidup yang bersamanya.
Para wali Allah
tidak berusaha untuk merubah ketentuan dan ketetapan Allah. Dia menapaki jalan
takdirnya dengani ikhlas, karena semua adalah kehendak Allah semata. Dia
dalam keyakinan bahwa dia bekerja kepada Allah untuk Allah. Dia bukan bekerja
kepada perusahaan. Raganya dia peruntukan untuk membangun peradaban manusia,
untuk kesejahteraan manusia. Jiwanya di arahkan untuk mengangungkan
kebesaran-Nya. Dalam dia bekerja, dalam dia menapaki takdirnya sehari hari.
Dalam pergumulan rahsa yang tak pasti. Dia hanya dalam satu keyakinan. Bahwa
Dzat yang dia sembah adalah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tidak tidak
ragu. Dia sekuat karakter sang KUDA PERANG. Walaouhualam.
Salam
arif
Komentar
Posting Komentar